seru juga memahamimu. setelah meniup harmonika aku datang dari lembah-lembah yang jauh lalu mengetuk pintu rumahmu di sebuah kota kecil pada larut malam.
siapakah dia, perempuan yg mencuci rambut diatas karang. wajahnya diguyur rembulan di sebuah kota kecil. dia selalu menungguku membawa berita singkat tentang rindu di tanah purba, tanah alang-alang. tapi kerjap waktu begitu sejenak, lelahnya aku rasakan begitu lekang menempuh jarak ke situs hati, dimana masih tercatat puisi-puisi lampau, diorama kampung halaman dan bukit-bukit batu.
seru juga memahamimu. saat sebutir huruf tak tereja dan aku meninggalkanmu.
"maafkan," tulisku pada selembar daun lontar. biarkan hanya angin yang membacanya kali ini.
Bulukumba, Minggu 29 Nopember 2009
siapakah dia, perempuan yg mencuci rambut diatas karang. wajahnya diguyur rembulan di sebuah kota kecil. dia selalu menungguku membawa berita singkat tentang rindu di tanah purba, tanah alang-alang. tapi kerjap waktu begitu sejenak, lelahnya aku rasakan begitu lekang menempuh jarak ke situs hati, dimana masih tercatat puisi-puisi lampau, diorama kampung halaman dan bukit-bukit batu.
seru juga memahamimu. saat sebutir huruf tak tereja dan aku meninggalkanmu.
"maafkan," tulisku pada selembar daun lontar. biarkan hanya angin yang membacanya kali ini.
Bulukumba, Minggu 29 Nopember 2009
udah datang dari mudik daeng wah puisi yang bagus kalau sudah ahlinya yang bikin nggak bisa komeng deh
BalasHapusSemoga tetap bermuara pada kerinduan ya mas.. :)
BalasHapusTulisannya bagus banget!
Herinduan membuktikan adanya cinta yang dalam, ada award untuk anda dari kami!
BalasHapusnice poem......
BalasHapussalam kompk selalu brother...
memang bang...memahami sesuatu yang belum kita pahami itu emang mengasyikkan!!!
BalasHapusapalagi kalau bermain dengan Theater of mind kita Mantap....!!!
Dan aku selalu menulis sesuatu dengan khayalan tingkat tinggi!!
Keren tulisannya!!!
datang malam - malam, ingin mengucapkan salam hangat!
BalasHapusassalamualaikum wr wb!
berkunjung di malam hari,membaca puisi yang indah ..
BalasHapussetelah kucari2 daun lontarnya ga ada, ywdah saya ga jadi komentar . met malam ...
BalasHapusSeru juga memahami puisi ini...
BalasHapusseperti aku memahami tentang diriku
karena hanya diri inilah yg memahami ,tanpa orang lain memahami.
Nice poem ...
Mantab..mantab ! sajaknya top markotop, tapi bolehkah bertanya..dosa apakah yang kau sematkan pada perempuan dari tanah purba itu..?
BalasHapus@Munir Ardi- Wah, daeng bisa saja. Puisi iseng saja nih.
BalasHapus@-Gek- ya, semoga. makasih.
@nuansa pena- ooh terimakasih banyak ya, awardnya keren banget.
@Sungai Kuantan- salam kompak juga.
@duniaira.blogspot- lebih keren lagi "Surat pada Y"
@Isti- apa kabar, mbak.
@ateh75- seru juga menghindari mati lampu hehehe
@TRIMATRA- daun lontarnya hanya imajinasi, bang hehehe
@Noor's blog -bukan dosa mas. tapi sebuah perpisahan.
-secangkir teh dan sekerat roti- he he waalaikumsalam, mbak. kok kelupaan ya tadi?
BalasHapusPuisi mas Ivan selalu menggungah hati..
BalasHapusnamanya juga sastrawan
Mas Ivan pasti suaranya bagus ya?
BalasHapuskalo penyiar radio kan biasanya suarnya bagus gitu
wah.. puisi yah... kelihatannya lagi falling in lope... kwkwkwkwkwkw
BalasHapus@Itik Bali- eeh ada Itik..makasih ya.
BalasHapus@Learning On Perspective- hehe biasa aja kok.
@RanggaGoBloG- hehe, sedikit..wkwkwk
wah...puisinya mantaf...salam kenal mas ivan..
BalasHapusOke... aku maafkan kok... ^_^
BalasHapusSajaknya bagus, ngiri juga pengen bisa nulis sebagus itu..