Indonesia adalah sebuah negeri di mana setiap rezim terkesan 'mudah' mencekal buku-buku yang dianggapnya dapat meresahkan atau mengusik stabilitas. Ada kebiasaan yang janggal, penguasa justru 'malas' membuat tandingan dengan menerbitkan buku putih, misalnya. Penguasa di Indonesia lebih merasa nyaman ketika mereka cukup main cekal saja.
Paling tidak ada tiga macam acuan umum penyebab sebuah buku dapat dicekal:
-buku tersebut dianggap mengandung unsur-unsur pornografi yang dapat merusak moral masyarakat
-buku tersebut mengandung unsur-unsur Ideologi/aliran/kepercayaan yang dapat dianggap meresahkan masyarakat.
-buku tersebut dapat dianggap merusak citra/nama baik seseorang/lembaga tertentu.
Ada dua jenis buku yang paling sering menjadi korban pencekalan penguasa. Pertama, buku karya sastra yang 'menohok' penguasa. Kedua, buku ilmiah yang dilengkapi fakta akurat yang menelanjangi kebobrokan penguasa.
Ada dua jenis buku yang paling sering menjadi korban pencekalan penguasa. Pertama, buku karya sastra yang 'menohok' penguasa. Kedua, buku ilmiah yang dilengkapi fakta akurat yang menelanjangi kebobrokan penguasa.
Para penikmat sastra di Indonesia pasti tak akan pernah lupa dengan pencekalan buku-buku sastra karya Pramoedya Ananta Toer oleh rezim Orde Baru. Pementasan teater dan pembacaan puisi yang dinilai radikal juga tak luput dari pemberangusan. Pemerintah Orde Baru yang terkesan represif malah juga pernah membreidel beberapa media cetak yang dianggap "terlalu mencerdaskan" masyarakat melalui pemberitaan yang apa adanya. Setelah zaman reformasi, ternyata budaya 'mudah mencekal' terkesan masih dilanjutkan oleh rezim SBY.
Buku Membongkar Gurita Cikeas yang ditulis George Junus Aditjondro, termasuk kategori jenis buku yang kedua di atas. Sangat aneh ketika pihak-pihak yang merasa disentil justru terlalu cepat kebakaran jenggot. Kepanikan mereka justru semakin meyakinkan masyarakat bahwa fakta dan data dalam buku itu memang benar adanya. Padahal jika mau ditelisik, seluruh data dalam buku tersebut sama sekali tidak ada yang baru. Malah jauh lebih lengkap yang diungkap oleh berbagai media selama ini. Juga jauh lebih 'seram' data-data yang disuarakan dalam berbagai orasi mahasiswa. Pencekalan buku adalah sesuatu yang sangat janggal di zaman intelektual yang mengedepankan informasi berimbang.
Cekal? Wah Sudah Terlalu banyak orang2 Kritis yang di CEKAL. Pertanyaannya adalah, Siapa Yang Mencekal? Rajakah? Atau Negara?
BalasHapusSumpah, aku pengen banget buku Gurita cikeas ini,.,.. penasaran banget apa yang ada didalamnya...
BalasHapusKabarnya gara-2 dicekal, buku Gurita Cikeas itu sekarang dijual dengan harga Rp. 300.000 lho. Ternyata makin banyak yg penasaran ingin membacanya, meskipun harganya jadi mahal.. :D
BalasHapusIya ya katanya malah lebih lengkap yang di beritakan media-madia. mungkin karna kabakaran jenggot makanya langsung di cekal aja.
BalasHapusTiba-tiba banyak orang yg merasa berkuasa merasa pula terancam. Sudah cukup kita yang merasa kecil, di kurung dalam tempurung dan terus dibodohi!
BalasHapusSejarah membuktikan Cekal tidak membuat mati ide yang dituangkan. Makin dicekal, makin membuat orang penasaran. Makin dicekal, makin laris. Pada buku yang dikuatirkan karena alasan kedua tadi, seharusnya bukan budaya cekal yang dikembangkan, tapi mengembangkan budaya "Hak Jawab". Dibuat dong buku yang menjawab apa yang ditulis buku yang mengkuatirkan penguasa itu.
BalasHapusMari berontak terhadap ketidakadilan, pembodohan,kezaliman, ancaman,boikot, cekal, dan semua kungkungan yg menghalangi kebebasan hidup gendeng imajinasi dan hidup tanpa border
BalasHapusMari berontak terhadap ketidakadilan, pembodohan,kezaliman, ancaman,boikot, cekal, dan semua kungkungan yg menghalangi kebebasan hidup gendeng imajinasi dan hidup tanpa border
BalasHapuske 9 gurita kalo di cirebon di dimasak dengan tintanya (blakutak)
BalasHapusSepertinya buku itu memberikan realita dan fakta yg mngkin dapat membuka borok pemerintah kita. Mangkanya itu dicekal, padahal dengan dicekal adalah salah satu cara promosi. :)
BalasHapusitulah indonesia kita...
BalasHapusdengan adanya kritik kadang membuat orang terusik. sehingga yg mempunyai kekuasaan bisa menggunakan kekuasaannya untuk melakukan apa saja..
BalasHapusBuku dicekal, orang semakin penasaran dan berusaha mendapatkan dengan cara apapun beli bajakan atau fotocopynya.
BalasHapusDengan adanya pencekalan terhadap buku tersebut semakin laris manis dan beredar dengan cepatnya.
Jadi untuk apa dicekal!
Koruptor yang perlu dicekal!
Aneh memang, sejak jaman orde baru sampai sekarang kebiasaan cekal itu tak juga hilang. Padahal masyarakat sudah mulai pintar menilai mana yang benar mana yang salah..
BalasHapusLagian ngapain juga di cekal, ngga di cekal belum tentu juga bukunya saya beli...ngga ada duit soalnya..he..he
Namanya aja penguasa Mas, ya pastilah dia akan berusaha berbuat demikian.
BalasHapussalam sobat
BalasHapusjelas malas ,kalau menandingi buku2 seperti ini,karena kesulitan ilmunya,,bisanya cuma mencekal saja ya,,,karena mudah dilakukan.
bener, kalau reaksinya keras begitu, biasanya fakta dan data di buku itu merupakan kebenaran
BalasHapusPencekalan buku justru menjadi "promosi" gratis bagi buku tersebut. Saya lebih setuju, pemerintah membuat buku "tandingan" untuk menjawab buku itu. Jadi masyarakat bisa menilai dan memilih buku yang mana yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
BalasHapuswah, mestinya biarin aja dikritik ya. toh gak bikin sakit. hehehe..jadi semestinya gak ada yg perlu dicekal. dg mencekal berarti membenarkan kritikan itu ya.
BalasHapusbagus postingnya...
BalasHapusz-computer-z.blogspot.com
baru tahu ada info ini...
BalasHapusmakasih mas....
dan setuju, seharusnya penguasa bikin buku tandingan ya, biar kelihatan ilmiahnya.... :-)
cuma satu yang ada di pikiran saya bang... para penguasa itu lebih takut pada kebenaran daripada kebohongan yang selama ini mereka buat.... huh.. jadi sedih... kapan negara ini bisa maju kalau begini...
BalasHapusgurita cikeas, aku belom mnegrti tentang ini, beneran, aku ngga pernah baca informasi, hikz.. ttg anggodo bukan, hwehehehe..
BalasHapussemoga yang mendapatkan pencekalan ngga akan berhenti berkarya untuk membuat buku2 yang makin bagus.
btw gurita cikeas, bener anggodo kan :D
mencekal demi keselamatan muka sang penguasa, menutup kebobrokan alias takut dikritik
BalasHapusntar mukanya kena coreng moreng abu, arang, belacan, terasi, comberan, dll, dst, dsb
kemaren lihat beritanya penulis buku cikeas gurita, pernah samapi d usir k ostrali
BalasHapuspencekalan tidak akan membuat para penulis untuk berhenti berkarya....
BalasHapustakut kali yaks kalo isi dalam buku itu benar adanya hehe...
BalasHapusbuka mata buka hati.... semua bisa dikait2kan tapi pintar2lah lihat celah
BalasHapussoalnya sekarang kagak ada yang bisa ditebak
siapa yang salah dan siapa yang benar?
entahlah...
tentang buku ini, sedikit lycy saja
bisa dibilang lelucon
atau strategi marketing
entahlah... tak begitu suka melibatkan diri dg hal2 bginian
Iya niiihh.. cekal-cekal melulu, padahal saya aja ga tau, buku apaan nih??
BalasHapusKalo dapet, foto copy aja Mas!
:)
nah,,soal buku itu emang udah banyak diberitakan. sepertinya menarik. Henny juga baru baca sedikit, sayangnya nggak bisa pesan bukunya karena udah habis :(
BalasHapusiya buku ini sangat kontroverisal sekali,, berhari-hari jadi topik hot di berbagai stasiun TV
BalasHapusSaking serunya, George Junus Aditjondro melayangkan pukulan ke kepala Ramadhan Pohan.
BalasHapus*Alhamdulillah terimakasih banyak atas doanya,sekarang udah baikkan adik.
BalasHapusSelamat malam sobat...
BalasHapusEntahlah, mas Ivan. Untukku, dunia politik terlalu carut-marut untuk dapat dipahami. Apa pun yang ada di Indonesia ini adalah politik. Mungkin ada pihak yang kebakaran jenggot. Tapi mungkin juga ada pihak yang menyulut api kecil untuk membakar berjuta-juta hektar hutan kan? Yang jelas, dilarang atau tidaknya buku itu, masyarakat tetap miskin dan sulit mendapat pendidikan.. :(
BalasHapusHoras
Risma
iya mas.. aneh tuh... jangan-jangan bener tuh beritanya.. awawaw
BalasHapusmencari ke mbah google aja ahh
BalasHapusbiar dapet gratis hehehehe
semakin dicekal semakin lariss
BalasHapusdaku penasaran ne pengen baca buku gurita cikeas...
BalasHapus