Salah satu kecenderungan baru sejak sepuluh tahun terakhir di jagad sastra tanah air adalah prosa yang puitik dan puisi yang naratif. Penulis-penulis mutakhir Indonesia seperti Puthut EA, Nukila Amal, Nova Riyanti Yusuf, Radhar Panca Dahana, dan Ayu Utami mungkin telah menemukan cara tutur puitik yang dimaksud. Misalnya dalam kumpulan cerpen Sarapan Pagi Penuh Dusta
karya Puthut EA. Dalam antologi ini dapat dilihat kepiawaian
Puthut dalam menyampaikan isi cerita dengan pilihan kata-kata puitik
yang walaupun rumit, namun tetap memukau. Seperti yang terlihat dalam
kutipan berikut:

Sementara Puthut, Nukila Amal dalam novelnya Cala Ibi,
pun berhasil menyeret emosi pembaca untuk terus mengikuti jalan cerita
dengan pilihan kata-kata berirama serupa puisi. Mengutip Budi Darma,
dalam novelnya ini Nukila berjuang keras, agar bahasa (yang didedahkan)
benar-benar puitik (kata penutup dalam Cerpen Pilihan Kompas 2005).
Lalu puitika yang bertutur ala Nova Riyanti Yusuf yang berusaha memikat pembaca dengan memasukkan
kata-kata puitik dalam ceritanya, seperti yang terlihat dalam penggalan
berikut:
Kucari-cari dia
Semakin tak sabar
Kupanggil dia
Tidak ada jawaban
(Imipramine)
Walaupun
kata-kata yang dipilih adalah sesuatu yang umum,
namun disanalah letak kepuitisannya. Kesederhanaan yang dipilih Nova
cukup memikat dan juga dalam jika ditinjau dari segi makna.
Selain
Afrizal Malna, penyair yang termasuk dalam barisan ini antara lain,
Wendoko, Oka Rusmini dan sederetan nama lainnya. Dalam karya-karyanya,
mereka tampak memasukkan beberapa ciri narasi yang dimaksud, misalnya
dengan memakai kata-kata biasa serta percakapan seperti prosa. Dengan
bentuk puisi yang demikian tidak serta merta menjadikan puisi mereka
menjadi puisi polos namun tetap dalam dan tajam. Para penulis yang disebutkan terakhir bahkan telah menemukan semacam bentuk-bentuk baru instalasi kata.
(berbagai sumber)
Amankan pertamnya dulu, Mas Ivan...
BalasHapusWah, saya malah gak ngerti teori-teori sastra, Mas Ivan. Yang saya tahu, saya hanya suka menulis dengan berjibun kata-kata. Entah orang menilainya sebagai prosa, puisi, atau bahkan hanya sampah kata-kata...
BalasHapusDulu, Jamal D. Rahman pernah berkata dalam sebuah pertemuan kepenulisan, bahwa seorang penulis puisi adalah sebebas Tuhan. Entah apa maksudnya, saya masih kurang paham...
Salam sukses Mas Ivan...
penu makna dan amat menyentuh...sajak...wouw...
BalasHapustiap kata yg diungkapkan dalam sajak mengandung arti tertentu...kelihaian sang penyair membuat sajaknya...bs menggambarkan gimana pribadi penyair tsb...
BalasHapusPengetahuan dibidang sastra Ivan ternyata sangat luas... Salut...
BalasHapussaya suka cemburu sama mas Ivan. Cemburu pada pengenalan para penulis. Pengen kayak githu tapi, saya nggak pernah baca atau jarang baca refensinya. Setidak2nya, mas Ivan telah memperkaya saya dengan tulisan2nya.
BalasHapusjujur saya dulu sebenarnya ingin sekali membuat puisi ataupun buku karna itu saya ngeblog,,semoga bisa menjadi sebuah buku,,makasih sobat saya banyak belajar di sini
BalasHapussahabat dulu saha selagi masih sekolah alergi dengan puisi tetapi semenjak melihat puisi yang terpappang di monumen nasional (monas) dengan judul karawang bekasi saya jadi tergugah ternyata puisi juga bisa dijadikan motifasi baik itu semangat berjuang kebangsaan , agama maupau hidup dan cinta
BalasHapusWuh...keliatan, mas ivan ni psti py byk koleksi sastra ya..
BalasHapusSaya suka prosa yang puitik, suka juga puisi yang naratif. Keduanya bisa mengekspresikan apa saja, tentang banyak hal secara lebih leluasa, bebas. Ya, salut buat ivan, minatnya yang konsisten pada sastra telah membuat blog ini semakin layak dikunjungi. Selamat weekend ya.
BalasHapusbetapa indahnya dunia sastra
BalasHapusberkunjung sebelum jumatan
salam sejahtera
BalasHapusPuisi Nova Rianti Yusuf benar-benar bagus ya
indah banget
Pengin beli dong bung, bukunya...plz.
BalasHapus-_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-
BalasHapusAssalamualaikum,
--Ke tanah abang beli mangga--
--Harganya 7 juta--
--Halohaaaaa--
--Bagaimana kabar saudara?—
*******Salam ‘Blog’!!*******
“Setuju banget ama daeng Ivan. Saya juga sedang mencoba menyelami puisi yang kaya gitu, and sastra yang kaya gitu...lagi trend hahahah
tapi aneh ya,,kadang ketika buat cerita yang puitis terbaca lebayyyyyy...hahahaha”
Jaga badan selalu, setiap hari, biar tetap sehat, supaya tetap bisa bloging, writing, posting, walking, praying, eating, singing, and ngisssssing, ops…sory…
-_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-
Sarapan Pagi Penuh Dusta.....kayaknya bukunya menarik nih
BalasHapusKutipan "Rumah, Hl. 39" itu bagus sekali mas. Saya suka... hehehe...
BalasHapusKutipan "Rumah, Hl. 39" itu bagus sekali mas. Saya suka... hehehe...
BalasHapusKucari-cari dia
BalasHapusSemakin tak sabar
Kupanggil dia
Tidak ada jawaban
tapi begitu kutinggalkan komentar di blog nya....dia pasti akan menyahut "apa kabar kawan" hehehe
ARTIKEL KEREN LAGI NIH, SOB.
BalasHapusTerimakasih kunjungan, komentar dan apresiasinya, untuk semua sahabat. Maaf kalau aku agak jarang lagi blogwalking. Kesibukan menderaku beberapa hari ini. Salam budaya.
BalasHapussibuk berarti job dunk sahabat
BalasHapusMakasih infonya mas, jadi bisa lebih banyak belajar...
BalasHapusSalam hangat & sukses selalu..