Ia adalah tasik yang tenang, tiada beriak. Sutan Takdir Alisyahbana namanya. Di pelataran sastra Indonesia ia adalah jaminan bagi sejarah perkembangan perpuisian dan ide-ide mencengangkan bagi humanisme. Bagi saya pribadi, membaca puisinya sungguh sulit. Chemistry, diksi dan gaya kepenyairannya memang beda. Tapi heran, ia menginspirasi begitu banyak generasi sesudahnya.
Salah satu puisinya "Menuju Ke Laut" sungguh sulit dipahami lagi dalam bahasa Indonesia modern tapi masih menjadi sumber rujukan sebagai puisi dengan diksi yang revolusioner bagi banyak penyair-penyair di zaman sekarang.
MENUJU KE LAUT
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat :
“Ombak ria berkejar-kejaran
di gelanggang biru bertepi langit
Pasir rata berulang dikecup,
tebing curam ditantang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega.”
Sejak itu jiwa gelisah,
Selalu berjuang, tiada reda,
Ketenangan lama rasa beku,
gunung pelindung rasa penggalang.
Berontak hati hendak bebas,
menyerah segala apa mengadang.
Gemuruh berderau kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya,
Gegap gempita suara mengerang,
dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti
pekik dan tempik sambut menyambut
Tetapi betapa sukarnya jalan,
badan terhempas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut,
namun kembali tiadalah ingin,
ketenangan lama tiada diratap
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat :
“Ombak ria berkejar-kejaran
di gelanggang biru bertepi langit
Pasir rata berulang dikecup,
tebing curam ditantang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega.”
Sejak itu jiwa gelisah,
Selalu berjuang, tiada reda,
Ketenangan lama rasa beku,
gunung pelindung rasa penggalang.
Berontak hati hendak bebas,
menyerah segala apa mengadang.
Gemuruh berderau kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya,
Gegap gempita suara mengerang,
dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti
pekik dan tempik sambut menyambut
Tetapi betapa sukarnya jalan,
badan terhempas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut,
namun kembali tiadalah ingin,
ketenangan lama tiada diratap
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat
selalu suka karya beliau..
BalasHapusSeorang penyair besar,...
BalasHapussaya suka dengan karya beliau.
sultan takdir itukan juga yang nulis layar terkembang dan ttak putus dirundung malang bukan????? wah... aku suka ceritanya...
BalasHapuswah, beliau fave aku. suka dg puisinya.
BalasHapussemua tentang Beliau aku Suka Van entah puisi atau roman, terimakasih udah rekam jejakna disini
BalasHapusmaaf Van aku absen beberapa hari baru berhadapan kompi lagi
BalasHapusSaya malah udah download semua, Mas Ivan, keculai yang apasitasnya terlalu banyak dan gak bisa didownload. Terima kasih telah memberikan kemudahan para pecinta sastra...
BalasHapusSTA, mantap. Secara pribadi saya juga mengaguminya. Beliau termasuk orang yang berpikiran jauh ke depan, bahkan melampai zamannya. Rekam jejak yang mantap van.
BalasHapusinilah salah satu tokoh yang paling saya kagumi
BalasHapusWalaupun saya baru mengenal beliau di blog ini. Tapi dengan melihat satu karya bliau ini, saya yakin bliau adalah orang yang hebat..
BalasHapusThanks atas sharnya..
iya nih mas... puisinya emang sulit... tapi kata-katanya indah...
BalasHapusBELIAU memang sangat menginspirasi..
BalasHapusWah...mas Ivan yang pakar dibidang sastra saja sulit memahami, apalagi saya...tetapi karya2 beliau memang begitu menginspirasi generasi2 di bawahnya....
BalasHapuskalo masalah puisi saya termasuk yang sulit memahami, tapi kalau nama Sultan Takdir Alisyahbana di sebut yang teringat adalah Layar Terkembang :)
BalasHapuskaryanya sering dijadikan bahan pembelajaran b.indonesia di sekola dhe dulu. dan karya yang sangat menarik
BalasHapusbener mas, butuh waktu untuk memahami diksi2nya... keren emang sang STA ini...
BalasHapusWah, jadi inget waktu smp disuruh mbaca LAyar Terkembangnya Beliau, ternyata Penyair juga ya...
BalasHapusthanks neh Mas...
kita merindukan, sastrawan dengan roman roman..berkualitas..
BalasHapusabis bosan sih ...roman picisan semua...
dan nggak membumi lagi...
salam dari bumi Dublin, Ireland.. blog walking.. sila2 lawat blog saya pula ya.. :)
BalasHapusSering dengar namanya,but belum pernah baca karyanya.Baru sekali ini blog bro Ivan.Thanks ya.
BalasHapusSaya coba membacanya
BalasHapusMemang sulit
meninggalkan..tetapi mengapa menuju ke laut..benarkah laut sebagai tujuan..
Tentulah banyak pesan
Memang bener-bener mendalam..
memang bila kita ganti domain...secara otomatis statistik blog kita kembali ke nol atau paling ndak turun drastis bang.....karena pagerank yang dulu kan untuk sub domain blogspot....sekarang harus mbangun pagerank lagi untuk domain co.cc aq dulu untungnya ganti domain saat blog q belum di kenal.....tapi ndak tau juga klo co.cc q habis masa berlakunya....harus memperbarui n pake dollar ahahaha,
BalasHapus