Hubungan dialektik antara karya sastra dan realitas sosial memperkuat anggapan bahwa sastra merupakan salah satu institusi sosial. Sastra tidak hanya mendapat pengaruh dari realitas sosial tetapi juga dapat mempengaruhi realitas sosial.
Hari ini sastra sedang gelisah. Untuk menangkapi pertanda sekalipun itu hanya isyarat diam, para pegiat sastra di Sulsel akan menggelar Pengadilan Sastra bertema "Sastra Mengadili Realitas Sosial yang Sakit."
Mereka mengkampanyekan suara kegelisahan bersama atas keresahan sosial yang menyentak hati dan melukai realitas tanah pertiwi dengan bahasa yang beda.
Hari ini sastra sedang gelisah. Untuk menangkapi pertanda sekalipun itu hanya isyarat diam, para pegiat sastra di Sulsel akan menggelar Pengadilan Sastra bertema "Sastra Mengadili Realitas Sosial yang Sakit."
Mereka mengkampanyekan suara kegelisahan bersama atas keresahan sosial yang menyentak hati dan melukai realitas tanah pertiwi dengan bahasa yang beda.
Kalimat dari mulut Andhika Mappasomba, salah seorang pegiat sastra di Sulsel agaknya cukup mewakili kegelisahan itu, "bagi pegiat sastra dari Bulukumba yang tak sempat pulang ke Bulukumba mengikuti perayaan Hari Jadi ke-51 Bulukumba yang dibiayai oleh pajak yang ditarik dari peluh dan air mata rakyat bulukumba, ada baiknya menghadiri acara ini. Gratis dan tidak menggunakan uang Pajak. Dengarkan lagu-lagu berbahasa Konjo Kajang dinyanyikan di Pengadilan Sastra ini."
Pengadilan Sastra menyuguhkan secara gratis pementasan karya sastra oleh Pegiat Sastra Makassar juga pentas musik oleh kelompok musik Laskar Kelor di Pelataran Kampus YPT. Al-Gazali Universitas Islam Makassar setelah shalat Jumat 4 Februari 2011.
saya mampir lagi nih :)
BalasHapusgerilya subuh2 disini... dor..dor..dor..
BalasHapuslaskar kelor, nama yang unik mas. Met wik en :D
BalasHapusmau gabung ama aku gak di msociety
BalasHapusDah lama ngak mampir keblog ivankavalera.
BalasHapussemoga acara pementasannya sukses
BalasHapusdan semoga sastra daerah terus dapat berkembang
mengadili realitas sosial yang sakit, wow...sebuah niatan yang sangat menukik.saya setuju untuk itu,dengan sastralah kita mampu memberi warna yang berbeda dalam mengadili sesuatu. karena sastra (menurut pendapat pribadi saya) mampu masuk dalam ruang tak terbatas,tak terjamah, dengan tanpa suara, tanpa mengganggu tapi memberi warna ruang manapun,salam kenal bang.
BalasHapus