Home » » Rekor MURI untuk Karnaval Busana Hitam-Hitam Bulukumba dan Suatu Hari Nanti

Rekor MURI untuk Karnaval Busana Hitam-Hitam Bulukumba dan Suatu Hari Nanti

Posted By Alfian Nawawi on Kamis, 14 November 2019 | November 14, 2019

Sekitar 27 ribu orang berpakaian hitam-hitam beberapa waktu lalu di Bulukumba. Mereka memecahkan rekor pada Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Pencapaian itu membuat Lembaga MURI mengganjar piagam penghargaan rekor dunia kepada Pemerintah Kabupaten Bulukumba atas pelaksanaan Karnaval Mengenakan Busana Hitam Peserta Terbanyak pada pertengahan September 2019. 

Pencapaian rekor ini bisa pula merupakan barometer pencapaian kesadaran terkait betapa pentingnya budaya. Pakaian adat bukan hanya identitas etnik. Dia adalah kombinasi antara harmoni rakyat dengan pemimpinnya dalam membalut tubuh humanisme dan eksistensi. 

Pakaian adat yang turun temurun diwariskan ke berbagai generasi tentu tidak akan pernah cukup dilestarikan melalui karnaval. Eksistensinya tidak cukup melalui ingatan. Tidak cukup jika hanya memenuhi jalan-jalan protokol di Kota Bulukumba, Sulsel, guna mengikuti Karnaval Busana Hitam yang menjadi rangkaian dari penyelenggaraan Festival Pinisi ke-10 tahun 2019 lalu.

Pencapaian ini bahkan tidak pernah cukup dilakoni oleh komunitas adat Ammatoa di Kajang yang memang sehari-hari berpakaian hitam-hitam. Pencapaian ini tidak cukup jika hanya berhenti pada gagasan dan kebijakan. Dia membutuhkan realitas yang bersandar pada teladan yang ditunjukkan oleh para pemimpin Bulukumba. 

Melihat Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto berpakaian hitam-hitam khas pakaian adat Kajang dalam berbagai acara formil di dalam dan luar negeri adalah contoh betapa teladan itu memang ada. Dan teladan tentu

saja tidak cukup. Masyarakat Bulukumba mungkin telah memulainya dalam karnaval dan diganjar rekor MURI. Namun yang harus menggenapinya adalah bottom up dan follow up. Masyarakat Bulukumba kini paham, siapa saja pemimpinnya yang paham budaya. 

Suatu hari nanti kita mungkin tidak berhenti pada rekor, karnaval, selebrasi, bahkan regulasi. Kita mungkin akan lebih lagi, terus berjalan dengan identitas-identitas khas dan eksistensi budaya lokal. Dengan catatan, masyarakat harus tetap bersama pemimpin yang mencintai dan memahami budaya di kampung halamannya.(*)

Share this article :
Komentar

0 apresiator:

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday