Home » » Roman Picisan!?

Roman Picisan!?

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 14 November 2019 | November 14, 2019


Menurut kamus bahasa Indonesia, roman picisan adalah cerita murahan atau puisi murahan yang intinya tidak berbobot. 

Pemaknaan lainya mungkin bisa mengarah kepada karya yang tidak peduli dengan upaya penyadaran global warming, misalnya. Atau karya yang sama sekali tidak mendukung pentingnya moralitas, kampanye anti narkoba dan sebagainya. Pada era 70-an roman picisan malah sempat menjadi judul film remaja. 

Lalu Ahmad Dhani dan Dewa 19 menjadikannya sebuah lagu fenomenal di akhir dekade 1990, tepatnya tahun 1999. Tentu siapapun yang merasa sebagai anak bangsa apalagi para penulis tidak akan pernah mau karyanya dicap sebagai roman picisan. Saya bahkan telah bersepakat dengan diri sendiri bahwa kamus bahasa Indonesia itu salah besar mengartikan roman picisan. Sebab semua karya, apapun itu harus dihargai sebab telah lahir dari sebuah proses kreativitas penulisnya. Yang paling berhak menghakimi adalah pembacanya.

Berpuluh-puluh puisi, esai, cerpen dan sebagainya yang pernah dibacakan di program sastra RCA 102, 5 FM mungkin saja sebahagian di antaranya telah dituding sebagai roman picisan. 

Entahlah. Hanya pendengar RCA yang bisa menilai sebab merekalah yang mendengarkan, menyimak bahkan menikmati. Pada hari minggu 31 Mei kemarin siang, di acara sastra Ekspresi RCA begitu terasa apresiasi pendengar saat mendengarkan WS Rendra baca puisi. Yang mengagumkan, puisi-puisi blogger dari Tuban Jawa Timur, Ahmad Flamboyant dan Musa Manurung dari Kabupaten Barru justru tak kalah menghipnotis. 

Sebagaimana minggu lalu, puisi blogger kata jiwa dari Jogyakarta berhasil mengundang puluhan SMS pendengar.
Jangan-jangan istilah roman picisan oleh kamus bahasa Indonesia justru turut memberi andil besar penghilangan jejak roman yang sesungguhnya di Indonesia? Setiap kali mendengar istilah roman di benak saya selalu terngiang beberapa judul roman yang pernah diajarkan ibu guru di bangku sekolah dasar. Siapa yang tidak kenal dengan kisah-kisah legendaris Siti Nurbaya, Sengsara Membawa Nikmat, Layar Terkembang, Salah Asuhan, Anak Perawan Di Sarang Penyamun, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dan masih banyak lagi yang lainnya? Setelah itu zaman bergerak dan berubah. Kini roman di ambang kepunahan dalam peta sastra Indonesia, padahal roman adalah salah satu bentuk sastra yang terbaik sepanjang sejarah Indonesia. Kampanye saya hari ini: hilangkan istilah roman picisan. Semoga tulisan ini adalah yang terakhir kali mengutip istilah roman picisan. Setelah itu tidak ada lagi.


Share this article :

4 komentar:

  1. salam kenal aja neh sob wah mantap blognya
    kira kira kaya apa ya buatnya

    BalasHapus
  2. wah biasa aja nih. malah baru belajar ngeblog juga. salam kenal balik.

    BalasHapus
  3. makasih sob dah mau berkunjung langsung ku berkunjung juga ksrena itulah persahabatan sobat blogger yang ku rasa sangat solid
    nice blog nice artikle salam kenal kembal;i sob

    BalasHapus
  4. silaturahmi yg ga pernah putus. ok thanks. succes.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday