Sekali waktu, term
“Inspiring Bulukumba” menjalari benak saya pada awal tahun 2011. Sebuah realitas, tidak terdapat satupun referensi teks tentang biografi tokoh-tokoh
penting di Bulukumba.
Asumsi awal saya, kumpulan rekam jejak ini bukan semacam rujukan final yang permanen. Buku ini masih membutuhkan penyempurnaan dari siapapun di waktu-waktu yang lain. Masih banyak tokoh lainnya yang belum sempat dimasukkan ke dalam daftar, di antaranya Dharsyaf Pabottingi, Prof. Dr. Kulla Lagousi dan Sulaiman Mappiasse. Namun sebagai langkah kecil, semestinya dapat membuka mata kita bahwa Bulukumba adalah juga gudangnya orang-orang yang luar biasa. Bahkan saya sempat membayangkan Inspiring Bulukumba II, dan seterusnya.
Kerisauan pun berlanjut dan memunculkan ide “InspiringBulukumba” harus menjadi sebuah program talkshow di Radio Cempaka
Asri (RCA) 102,5 FM Bulukumba. Dengan bantuan teman-teman penyiar, dan saya
dipercayakan sebagai host, program
talkshow tersebut berhasil menghadirkan
belasan tokoh Bulukumba secara berkala dengan konsep utama berupa pemaparan
kisah hidup mereka yang inspiratif. Respon pendengar sangat bagus dan ditandai
dengan rating tinggi. Stagnasi yang dialami program tersebut di tahun 2013 lantaran
kebijakan manajemen ternyata mengawali ide baru. “Inspiring Bulukumba” harus bermetamorfosa menjadi
sebuah buku.
Asumsi awal saya, kumpulan rekam jejak ini bukan semacam rujukan final yang permanen. Buku ini masih membutuhkan penyempurnaan dari siapapun di waktu-waktu yang lain. Masih banyak tokoh lainnya yang belum sempat dimasukkan ke dalam daftar, di antaranya Dharsyaf Pabottingi, Prof. Dr. Kulla Lagousi dan Sulaiman Mappiasse. Namun sebagai langkah kecil, semestinya dapat membuka mata kita bahwa Bulukumba adalah juga gudangnya orang-orang yang luar biasa. Bahkan saya sempat membayangkan Inspiring Bulukumba II, dan seterusnya.
Sebuah hal unik terjadi, sebagian besar tokoh dalam buku ini ternyata
datang dari ‘wilayah literasi’ yang
semakin menguatkan asumsi bahwa sesungguhnya Bulukumba merupakan gudang literasi.
Alhamdulillah, Allah mengizinkan buku ini sebagai buku saya yang keempat. Buku pertama: Rumah Putih; Antologi Puisi Serumah. Buku kedua: bersama 88 penulis lainnya dalam "Ahyar Anwar Yang Menidurkan dan Membangunkan Cinta: Sebuah Obituari." Buku ketiga: bersama puluhan cerpenis lainnya, cerpen saya "Perempuan Bertanduk Api" dimuat dalam buku antologi cerpen "Love Never Fails".
Bismillahirrahmanirrahim. Melalui buku saya yang keempat ini, untuk pertama kali di wilayah literasi, saya menggunakan nama asli: Alfian Nawawi. (*)