Home » » Sri Puswandi dan Puisi Satirnya di Ekspresi RCA

Sri Puswandi dan Puisi Satirnya di Ekspresi RCA

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 14 Juni 2009 | Juni 14, 2009


Sri Puswandi atau lebih akrab dengan sapaan Wandi, pemuda aktivis itu membacakan puisi satirnya yang berjudul Sajak Negeriku:.....menabur janji/mengutip ayat-ayat suci/lalu berpesta di tahta singgasananya/satu lompatan dan berteriak "demokrasi!"/dan kami tertimbun dalam mimpi-mimpi demokrasi/kutitipkan suaraku/lanjutkan..penderitaan rakyat!/lebih cepat lebih baik/lanjutkan kekuasaanmu/megapro rakyat lanjutkan proyek kekuasaanmu/di atas tubuh kami/sudah tiba waktunya bagi kita mandi lebih pagi/lalu berkaca di depan cermin memandang diri sendiri/lanjutkan klaim keberhasilanmu....
Sebelumnya Ari M. Dirgantara, penyair muda ketua komunitas rumpun seni budaya Kanre Ana' Bulukumba, membacakan dua buah sajak manis karya Subagjo Sastrowardoyo yang dirogoh dari buku antologi puisi Simponi Dua. Masih satir tentang kekuasaan walau agak lebih manis dengan metaforik lebih sederhana. Tamu ketiga di studio RCA adalah seorang penyair yang sering penulis juluki sebagai Wiji Thukul dari Bulukumba. Namanya Muzakkir Al Munawwarah. Sebuah puisi religius yang sebenarnya adalah sinisme terhadap pilpres 2009 yang dibungkusnya dalam metafora apik berjudul Antara Desa Padang dan Barabba. Kutipan ayat-ayat suci Al-Qur'an surah Al-Baqarah menegaskan pengharapan sederhana anak bangsa pada suksesi kepemimpinan mendatang. 


Program Ekspresi di RCA 102, 5 FM jam 11 siang hari ini dipenuhi puisi-puisi kritisisme seputar pilpres 2009. Mungkin karena terbawa suasana negeri dalam pekan ini yang menggiring ide penyair-penyair muda itu sehingga kompak menelanjangi kekuasaan dan calon-calon pemegang kekuasaan?

Perbincangan sejenak dengan Wandi yang juga mantan aktivis PRD, mencuat visinya tentang kekuasaan yang harus tetap diingatkan oleh para pelaku seni dalam bentuk karya apapun. Jika mereka tidak mendengarkan, paling tidak rakyat mendengarkannya sebagai pencerahan dan pencerdasan. Meski bahasa seni tentu berbeda dengan orasi, pelatihan formal dan semacamnya. 


Wandi juga membacakan sebuah puisi saduran berbahasa daerah Konjo dari Pappasang Ri Kajang, nuansa istimewa yang mengusung kearifan lokal. Program Ekspresi hari ini juga memutarkan dua buah rekaman pembacaan puisi WS Rendra, Orang Tua dan Pamflet Cinta. Edisi pekan depan pada waktu, acara dan gelombang yang sama Insya Allah akan dibacakan cerpen dari Dian Manginta, puisi-puisi Dexter, dan lain-lain. Tetaplah staytuned pada karya anak bangsa.

Share this article :
Komentar

0 apresiator:

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday