Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Manuskrip. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manuskrip. Tampilkan semua postingan

Sastra Makassar

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 09 Desember 2010 | Desember 09, 2010

Masyarakat Etnik Makassar sejak berabad-abad lalu mengenal berbagai sastra lisan baik yang berbentuk prosa maupun puisi. Sastra lisan yang  dalam bentuk prosa maupun puisi dituturkan dengan jalan dinyanyikan atau disenandungkan dengan diiringi oleh berbagai macam instrumen/ bunyi-bunyian dan alat musik.

Beberapa sastra prosa dinamakan sinriliq dan kacaping, karena sastra ini dituturkan dengan cara dinyanyikan karena diiringi oleh alat rebab (sinriliq/kesoq-kesoq) dan kecapi. Sastra puisi diberi nama kelong yang secara harfiah diterjemahkan sebagai nyanyian. Namun pada dasarnya kelong adalah karya sastra yang berbentuk larik-larik kelompok kata yang berpola dan dibawakan secara bernyanyi atau bersenandung. Salah satu karya sastra yang berbentuk puisi (kelong) adalah Royong.

Royong adalah adalah sastra lisan dalam ritus upacara adat Makassar. Tradisi lisan ini biasanya dipentaskan pada upacara adat perkawinan, sunatan, khitanan, upacara akil balik dengan memakaikan baju adat/ baju bodo kepada anak gadis (nipasori baju), dan juga pada upacara ritual kelahiran (aqtompoloq) dan upacara penyembuhan penyakit cacar (tukkusiang).

Sastra lisan Royong dewasa ini mengalami masa menghampiri kepunahan. Selain ia kehilangan tradisinya lantaran para bangsawan kerajaan Gowa tidak lagi melaksanakan upacara-upara daur hidup secara tradisional akan tetapi melaksanakannya dengan sederhana, dan mengikuti ajaran syariat Islam yang tidak lagi membutuhkan kehadiran royong sebagai media permohonan doa, sehingga secara perlahan-lahan sastra Royong sangat jarang dituturkan lagi. Juga pendukung/pelaku royong sudah lanjut usia. Rata-rata usia paroyong sekarang ini di atas 70 tahun dan hanya mewariskan kepada beberapa orang generasi muda. Hal inilah menggugah perhatian kami untuk melakukan penelitian/perekaman agar sastra lisan ini dapat dipertahankan keberlanjutannya dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakatnya dewasa ini

Selain sastra Royong, manusia Makassar sejak zaman dahulu mengenal bahasa berirama semacam pantun, bukan hanya suku lain saja seperti Padang. Seorang penulis, HM. Siradjuddin Bantang  dalam buku "Sastra Makassar" mengungkapkan orang Makassar menggunakan sastra tersebut sebagai bahasa sehari-hari, misalnya ketika ada seorang pemuda yang ingin meminang seorang gadis, biasanya keluarga pemuda tersebut mencari orang yang mampu bersilat lidah atau ahli pantun/sastra dan melantunkan bahasa kiasan atau tutur kata agar pinangannya diterima contoh beberapa sastra/pantun dalam bahasa Makassar dinamakan kelong yang dilantunkan seperti :

Niaka Anne Mammempo
Angerang kasi’ asikku’
Saba’ nia’na
Hajjakku lakkupabattu

(Saya datang menghadap
Membawa pengharapanku/rendah hatiku
Dikarenakan Adanya
Maksud ingin kusampaikan)

Kamase-mase kuerang
Toddongko rimangko kebo
Naki’ minasa
Nipaempoi kalabbirang

(Rendah hati kubawa
Kutaruh di mangkuk putih
Kami berharap
Didudukkan pada adat)


Orang Makassar di zaman dahulu khususnya orang tua rutin mendendangkan kelong atau pantun yang penuh pesan, pendidikan, petuah-petuah, tapi sekarang sudah tergerus oleh zaman.

Cerpen: 3000 SM Sampai Sitor Situmorang

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 04 November 2010 | November 04, 2010


Dengan konsep yang simpel atau bisa habis dibaca sekali duduk, cerita pendek atau cerpen menjadi pilihan tersendiri untuk dibaca dibanding karya sastra lainnya semisal novel yang jumlah halamannya jauh lebih tebal.

Cerpen tertua di dunia ditemukan dalam lembar daun lontar yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 3000 SM. Selain itu ditemukan pula tulisan di nisan-nisan kuburan tua di Mesir. Di Yunani telah dikenal cerpen klasik berupa fabel yaitu cerita yang pelakunya para binatang yang dimanusiakan. Fabel ini mulai beredar di masyarakat sekitar 500 SM tetapi baru ditulis dengan rapi pada abad II. Pada abad kedelapan, lahirlah serial cerpen lisan klasik 1001 Malam. Cerpen klasik bertema romantik ini pertama kali dipublikasikan dalam bentuk buku pada tahun 1704 di Prancis.

Sejak itulah cerpen memasyarakat dan lahirlah cerpen modern. Karya tersebut dipublikasikan di berbagai media cetak , khususnya majalah sastra. Cerpen berkembang pesat sejak pertengahan Abad XIX, tidak hanya di Eropa tapi juga di Amerika Serikat. Washington Irving(1783-1859), Edgar Allen Poe(1809-1849) dan Anton Chekhov (1860-1904) digelari sebagai bapak cerpen dunia oleh para kritikus.

Di Prancis, lahirnya cerpen dipelopori oleh Guy de Maupassant(1850-1893). Guy juga termasuk bapak cerpen dunia. Guy memiliki karya salah satu cerpen yang mendunia berjudul The Neckale. Cerpen ini terhimpun dalam buku kumpulan berjudul Contes du jour et de la nuit(1885). Selain itu masih ada 11 buku kumpulan cerpen lainnya, yang diterbitkan hanya dalam rentang waktu lima tahun. Kemudia ia menulis novel dan naskah drama. Ia sangat produktif, ditengah kesibukannya dalam kancah politik.

Anton Chekhov, sastrawan Rusia, bahkan menjadi pengarang pertama yang mampu menulis cerpen yang sangat pendek. Chekhov dikenal sebagai sastrawan yang sulit di tandingi, kecuali oleh Guy de Maupasssant. Kehebatan karya Chekov terletak pada pendeknya. Tetapi karyanya yang paling pendek pun tetap utuh, selesai dan indah. Selain itu, ia juga menulis novel, naskah drama dan skenario film.

Sedangkan Edgar Allen Poe mampu menulis cerpen tipe well-made short-story yang sangat indah dan utuh. Cerpennya yang berjudul The Cask of Amontillado sangat termashur. Lain lagi dengan Washington Irving, daya tarik karya cerpennya terletak pada temanya yang dianggap mampu menghibur pembacanya. Ia mengangkat masalah-masalah sosial untuk dijadikan cerpen yang dibumbui humor. Pengarang ini tekun melakukan studi, khususnya studi mengenai sejarah Eropa dan Amerika.

Di Indonesia, cerpen mulai bertumbuhkembang sejak zaman Pujangga Baru (tahun 1930-an) dan mulai menemukan geliatnya sejak zaman kemerdekaan. Lahirlah tokoh-tokoh penulis cerpen di Indonesia seperti Umar Kayam, Asrul Sani, Iwan Simatupang, Budi Darma, WS Rendra, Subagio Sastrowardoyo dan Sitor Situmorang.



 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday