Latest Post
Festival Phinisi 2010 di Bira
Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 15 Oktober 2010 | Oktober 15, 2010
Setelah sempat tertunda tahun lalu, akhirnya Pemkab Bulukumba, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan even organizer (EO) Makassar Promosindo menggelar kegiatan Festival Phinisi di Kawasan Wisata Pantai Bira, Kawasan Ammatoa Kajang, Desa Nelayan Pantai Kalumeme, serta Kawasan Pembuatan Perahu Pinisi Tanah Beru, pada 22 - 25 Oktober 2010.
Museum Radyapustaka Selamatkan 164 Naskah Kuno
Sebanyak 164 naskah kuno yang kondisinya sudah memprihatinkan koleksi Museum Radyapustaka Solo diselamatkan dengan cara digitalisasi dan sebagian dikonservasi dan penjilidan ulang.
Kegiatan itu dilakukan museum itu bersama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dalam memperingati 120 tahun Museum Radyapustaka.
Radyapustaka, yang merupakan museum tertua di Indonesia itu memiliki koleksi naskah-naskah kuno dan kondisinya pada umumnya sudah memprihatinkan. Digitalisasi dilakukan terutama terhadap naskah yang sudah rusak parah, memiliki nilai informasi tinggi, dan banyak dicari masyarakat.
Kegiatan itu dilakukan museum itu bersama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dalam memperingati 120 tahun Museum Radyapustaka.
Radyapustaka, yang merupakan museum tertua di Indonesia itu memiliki koleksi naskah-naskah kuno dan kondisinya pada umumnya sudah memprihatinkan. Digitalisasi dilakukan terutama terhadap naskah yang sudah rusak parah, memiliki nilai informasi tinggi, dan banyak dicari masyarakat.
(source: Antara)
Miss Universe Jadi Roro Jonggrang dalam Sendratari
Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 13 Oktober 2010 | Oktober 13, 2010
Miss Universe 2010 Jimena Navarette memerankan Roro Jonggrang dalam sendratari "Rediscover the Legend of Roro Jonggrang" di panggung teater Wisnu kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta, Selasa malam (12/10).
Pementasan sendratari dengan penata tari kenamaan Didik Nini Thowok itu, juga bertujuan untuk memperkuat citra Yogyakarta sebagai kota yang kaya unsur kebudayaan.
Miss Universe 2010 dalam sendratari ini tampil cukup singkat hanya di akhir cerita. Meskipun demikian, wanita yang berpredikat tercantik di bumi itu, berperan cukup vital, karena memerankan tokoh utama.
Selain Miss Universe 2010, rangkaian sendratari juga diisi dengan penampilan musisi internasional berdarah Ambon kelahiran Semarang, Daniel Sahuleka.
Miss Universe 2010 Jimena Navarette yang berasal dari Meksiko, mengakuin dirinya memang belum mengerti tenntang legenda Roro Jonggrang.
Menurut Jimena, dirinya langsung menyukai Yogyakarta meskipun belum lama berada di kota ini. "Yogyakarta adalah kota yang unik dan menarik dengan orang-orangnya yang sangat ramah, saya banyak berterima kasih untuk keramahan yang diberikan kota ini kepada saya. Yogyakarta juga memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, salah satunya adalah Candi Prambanan dan legenda Roro Jonggrang," katanya.
Dalam cerita rakyat Jawa, Roro Jonggrang dikaitkan dengan asal muasal berdirinya Candi Prambanan. Di Candi Prambanan ada sebuah arca yang konon merupakan wujud Roro Jonggrang yang dikutuk oleh Bandung Bondowoso karena menggagalkan niatnya untuk membangun seribu candi.
(berbagai sumber)
MTV Hidupkan Komik Digital
Posted By Ivan Kavalera on Senin, 11 Oktober 2010 | Oktober 11, 2010
MTV membantu menghidupkan superhero baru Stan Lee, komikus legendaris yang turut melahirkan Spider-Man dan X-Men, dengan bergabung bersama POW Entertainment milik Lee. Mereka akan menciptakan serial komik digital baru The Seekers.
The Seekers akan tersedia gratis di situs baru MTV Geek yang diluncurkan awal pekan lalu. Situs itu berisi berita-berita komik, horor, fiksi ilmiah dan permainan.
"Sesuatu yang Terlupakan" di Pasar Seni ITB
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 10 Oktober 2010 | Oktober 10, 2010
Perhelatan Art Fair di New York, Amerika Serikat, menjadi cikal bakal lahirnya Pasar Seni ITB yang untuk kesekian kalinya digelar pada 10 Oktober 2010 tepat jam 10 selama 10 jam. But Muchtar dan Abdul Jalil Pirous yang pernah ikut Art Fair pada 1970 itu kemudian mewujudkannya di Bandung pada 1972.
Menurut AD Pirous, ia merasa takjub ketika mengikuti Art Fair yang diadakan tiap musim gugur itu. Peserta hanya diminta membawa tongkat dan tali untuk memajang karya seni buatan mereka untuk dijual dengan harga murah. Acara itu diramaikan oleh seniman lama dan baru, juga ibu-ibu rumah tangga yang menghasilkan rajutan.
Walau harganya murah, penjual masih bisa untung. Pirous sendiri mengaku, dari penjualan karya grafisnya bisa membeli mobil bekas sepulangnya dari Amerika Serikat. Saat itu ia dikirim ITB untuk mengembangkan program studi baru.
Kemeriahan dan kesederhanaan Art Fair kemudian dibawa pulang ke Bandung. Bersama dosen Seni Rupa yang juga pematung, But Muchtar, ia kemudian menggagas Pasar Seni ITB pada 1972.
Panitia saat itu menghadirkan karya pelukis A. Sadali, Mochtar Apin, Popo Iskandar, Rita Widagdo, dan para alumni Seni Rupa ITB lainnya. Selain itu, kata Pirous, mereka mendatangi para perajin dan seniman otodidak di sekitar Bandung agar ikut di Pasar Seni. "Suasananya ramai, sukses, jadi ditunggu-tunggu dan dibicarakan orang," katanya.
Selain menjadi arena jual beli, Pasar Seni perdana itu juga menampilkan pertunjukan. Menurut Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Biranul Anas, Pasar Seni saat itu pertama kali menampilkan rampak kendang dan mengangkat kembali kesenian tradisional daerah Subang, Jawa Barat. "Ketika itu juga mengenalkan kelompok musiknya Sawung Jabo," kata Anas yang pada 1972 itu masih mahasiswa Seni Rupa ITB.
Sejak itu, Pasar Seni rutin digelar walau selang waktunya acak, yaitu 1976, 1980, 1984, 1988, 1990, 1995, 2000, 2006, dan 2010. Perhelatan yang ke-10 kali ini yang sengaja dibuat pada tanggal 10 bulan 10 tahun 2010 selama 10 jam, bertema "Sesuatu yang Terlupakan". Panitia ingin menghadirkan nilai-nilai dan seni tradisi masyarakat yang telah terlupakan.
(berbagai sumber)
Sang Penanda Setelah Sang Pencerah
Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 08 Oktober 2010 | Oktober 08, 2010
Film Sang Pencerah karya sutradara muda Hanung Bramantyo digadang-gadang akan dibikinkan film lanjutannya. Rencananya, film tersebut sudah bisa ditonton masyarakat Indonesia saat lebaran idul fitri tahun depan.
Film itu diberi judul Sang Penanda. Sang Penanda bercerita seputar sepak terjang KH Ahmad Dahlan di bumi nusantara, setelah Muhammadiyah lahir. Di film tersebut, pendiri Nahdatul Ulama, K.H, Hasyim Asyari dan Soekarno muda juga muncul.
Dalam sequel ini akan ditampilkan sejarah Islam
(berbagai sumber)
Mimbar Teater Indonesia 2010 Mengulas Putu Wijaya
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 05 Oktober 2010 | Oktober 05, 2010
Sepanjang Oktober ini Indonesia sedang merayakan pesta seni yang sesungguhnya dan tak hanya berlangsung di Jakarta, tapi juga di kantong-kantong budaya. Selama sepekan, Mimbar Teater Indonesia (MTI) akan mengadakan perhelatannya yang kedua di Solo. Festival teater berlangsung mulai Senin, 4 hingga 10 Oktober mendatang di Taman Budaya Jawa Tengah.
MTI 2010 akan membahas satu tokoh seniman gaek, Putu Wijaya. Beberapa grup teater akan membawakan naskah Putu, termasuk Teater Mandiri, yang ia pimpin, yang akan membawakan lakon Kemerdekaan. Selain itu, Putu akan membawakan monolog pada festival tersebut.
Grup teater yang akan tampil nantinya adalah Teater Lungid (Surakarta), Kelompok Masyarakat Batu (Palu), Seni Teku (Yogyakarta), Teater Mandiri (Jakarta), dan Teater Tanah Air (Jakarta). Adapun beberapa penyaji monolog yang ikut meramaikan MTI 2010, di antaranya Butet Kartaradjasa (Yogyakarta), Herlina Syarifudin (Jakarta), Wawan Sofwan (Bandung), Ikranagara (Jakarta), dan banyak aktor lainnya.
Selain itu, sebagian karya Putu akan dibicarakan dalam seminar. Pembicara seminar yang akan berpartisipasi adalah Afrizal Malna (Yogyakarta), Benny Yohanes (Bandung), Cobbina Gillit (Amerika Serikat), Fahmi Shariff (Makassar), Michael Bodden (Kanada), Koh Yung Hun (Korsel), Aslan Abidin (Makassar), Tamara Aberle (Inggris), dan Nandang Aradea (Banten).
Siapakah Pemenang Nobel Sastra Tahun Ini?
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 03 Oktober 2010 | Oktober 03, 2010
Pengarang nonpenyair pertama di daftar taruhan itu adalah Nestor Amarilla, dramawan Paraguay yang dikabarkan telah masuk daftar pendek penerima Nobel Sastra, meskipun daftar calon masih dirahasiakan penuh oleh panitia Nobel.
Terdapat pula nama-nama pengarang Amerika Serikat, Thomas Pynchon dan Philip Roth. Empat pengarang perempuan yang juga dijagokan adalah Joyce Carol Oates, Margaret Atwood, Alice Munro dan A.S. Byatt.
Namun, Nobel Sastra diduga punya pandangan bias anti-Amerika dalam komitenya. Pada 2008, anggota komite, Horace Engdahl, dikutip telah menyebut sastra Amerika "terlalu picik", yang memicu tanggapan marah dari para pengarang terkenal Amerika.
Per Wastberg, pengarang Swedia dan ketua komite tempat Engdahl bergabung, membantah adanya sentimen Amerika di antara lima anggota komitenya. "Kami sangat berusaha untuk mempelajari dan mamasukkan semua daftar calon--Arab, Cina, Jepang, Indonesia, dan jelas sastra Amerika yang punya dampak semacam itu," katanya.
Pemenang Nobel Sastra pada tahun ini akan diumumkan antara 7 atau 14 Oktober.
(berbagai sumber)
Hari Batik Nasional 2 Oktober
Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 02 Oktober 2010 | Oktober 02, 2010
Setahun silam, Presiden SBY mencanangkan 2 Oktober sebagai Hari Batik. Setahun silam dunia mengakui batik sebagai hak milik Indonesia .
SBY mencanangkan 2 Oktober sebagai hari batik kala mengunjungi masyarakat korban gempa Padang Pariaman, di Balaikota Pariaman, Sumatera Barat, Jumat (2/10/2009).
United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) juga sudah mengakui batik sebagai milik Indonesia . Penghargaan juga langsung diberikan UNESCO di Abu Dhabi, 2 Oktober tahun lalu.
Pengakuan ini layak diapresiasi sebagai kebanggaan atas kemenangan budaya nasional. Sebab, batik adalah salah satu komoditas yang sudah mulai diproduksi oleh negara tetangga, Malaysia . SBY pun mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk tidak melupakan batik dan memakai batik tiap tanggal 2 Oktober.
"Kalau kita sudah mendapatkan, kita syukuri. Kedua, mari kita lestarikan, paling tidak memakai batik tiap tanggal 2 Oktober," imbau SBY, dikutip dari berbagai media nasional saat itu.
Apakah SBY dan kita semua telah memakai batik untuk menghormati Hari Batik di hari ini?
Q! Film Festival Layak Disensor
Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 01 Oktober 2010 | Oktober 01, 2010
Seni termasuk film boleh diselenggarakan dalam berbagai bentuknya di tanah air. Kesemuanya boleh jika telah melalui proses aturan yang ada di tanah air.
Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik telah menegur penyelenggara Q-Film Festival terkait dugaan pornografi atau perilaku menyimpang dari kebudayaan Indonesia dalam sejumlah adegan film yang diputar dalam festival itu. Pihak penyelenggara harus bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri karena pemutaran film mendapat dukungan pusat kebudayaan negara asing.
Dipastikan film-film yang akan ditayangkan dalam fesival itu belum lulus sensor. Padahal, semua film yang akan diputar di Indonesia harus melalui tahap sensor oleh Lembaga Sensor Film. Festival apapun boleh diselenggarakan tetapi harus disensor dulu.
Penolakan terhadap Q-Film Festival sebelumnya dilontarkan Front Pembela Islam. FPI melaporkan pengelola laman Qminity dan panitia Q-Film Festival ke Polda Metro Jaya.
Penolakan terhadap Q-Film Festival sebelumnya dilontarkan Front Pembela Islam. FPI melaporkan pengelola laman Qminity dan panitia Q-Film Festival ke Polda Metro Jaya.
(berbagai sumber)
Jelang Kompetisi Teater Indonesia 2010
Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 30 September 2010 | September 30, 2010
Sebulan menjelang penyelenggaraan Kompetisi Teater Indonesia 2010 (KTI 2010), panitia penyelenggara yang terdiri dari Dewan Kesenian Surabaya dan Lintas Masyarakat Teater Jawa Timur menggelar acara peluncuran sekaligus pemasangan patung WS Rendra di Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Genteng Kali 85, Surabaya, hari ini Kamis (30/9).
Patung WS Rendra setinggi 3 meter yang dibuat oleh pematung Bambang Kuncung itu akan menjadi petanda selama ajang kompetisi berlangsung 1-8 november mendatang.
Acara peluncuran akan menghadirkan orasi budaya oleh Budayawan Akhudiat. Juga dimeriahkan dengan pertunjukan perkusi Jajan Pasar dan parade puisi WS Rendra yang dibacakan oleh seniman dan tokoh Jawa Timur.
Diana AV Sasa , Bagian Humas, mengatakan, “Para penyair dan seniman lainnya yang akan ambil bagian di antaranya adalah Sabrot D Malioboro, Pendeta Simon Filantropa, Mardi Luhung, Luhur Kayungga, Leres Budi Santoso, Maemura, Deny Aryanti, Ndindy Indijati, Gita Pratama, Niken Probo, Ribut Wijoto, Dedy Obenk, W Haryanto, dan Harwi Mardianto.”
Kompetisi Teater Indonesia yang dipersembahkan untuk WS Rendra ini adalah bentuk apresiasi terhadap kiprah Rendra dalam dunia teater sebagai tonggak teater modern di Indoenesia. WS Rendra dalam mengembangkan Bengkel Teaternya banyak mencontohkan laku dalam berteater sehingga mencerminkan kehidupan keseharian dan menjadi kerja komunal. Rendra menjadikan teater sebuah tontonan yang menjadi bagian dari kehidupan penontonnya.
Dalam kegiatan ini diharapkan komunitas-komunitas teater diIndonesia dapat saling bertukar wacana dan pengalaman. Masyarakat pun mendapat kesempatan untuk menikmai seni pertunjukan yang tidak melulu metro pop seperti yang selama ini dihadirkan media visual elektronik. Ajang ini sekaligus merupakan upaya menjejaki kembali upaya-upaya pencarian bibit baru teater Indonesia .
Kompetisi Teater Indonesia yang dipersembahkan untuk WS Rendra ini adalah bentuk apresiasi terhadap kiprah Rendra dalam dunia teater sebagai tonggak teater modern di Indoenesia. WS Rendra dalam mengembangkan Bengkel Teaternya banyak mencontohkan laku dalam berteater sehingga mencerminkan kehidupan keseharian dan menjadi kerja komunal. Rendra menjadikan teater sebuah tontonan yang menjadi bagian dari kehidupan penontonnya.
Dalam kegiatan ini diharapkan komunitas-komunitas teater di
Film Igitur: Dari Makassar Untuk Sastra
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 28 September 2010 | September 28, 2010
Film berucap melalui serangkaian sistem tanda yang bertumpuk dan kompleks, sedangkan sastra berucap dengan sistem tanda yang sangat sederhana berupa bahasa tulis. Sistem tanda pada film dan sastra memiliki kesamaan yaitu terdiri dari ikon, indeks, dan simbol.
Lalu sebuah film untuk sastra dipersembahkan oleh sekelompok seniman dan sineas muda di Makassar. Di awal hingga akhir Oktober Laskar Kelor Production akan menggelar shooting film Igitur (The Last Days of Poetry) di Makassar. Film ini digarap secara indie dan bersifat non profit yang dibuat untuk menggerakkan kecintaan publik terhadap sastra.
Film Igitur diproduseri oleh Abdul Haris Awie dan ide cerita DR. Ahyar Anwar. Skenario ditulis oleh Anis K Al Asyari. Sutradara: Ahmad Wildan Nomeiru dibantu Co Sutradara Dahri Dahlan dan Publik Relation, penyair muda Andhika Mappasomba.
Casting pemain akan dilakukan dalam waktu dekat di kampus Sastra UNM Parangtambung, Makassar pada awal september 2010. Waktu tepatnya akan diumumkan melalui akun Facebook Andhika Mappasomba.
Take gambarnya juga akan dilaksanakan di Makassar. Kepada anda yang tertarik, dapat mengirimkan biodata/autobiografi lengkap dengan art experiencen ke akun Facebook Andhika Mappasomba. Berminat? Proyek ini adalah sebuah kerja sosial.
Pakarena dan Multi Tafsirnya
Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 25 September 2010 | September 25, 2010
Sepuluh penari perempuan berpakaian baju kurung sederhana melingkar mengepung enam lelaki penabuh perkusi. Genderang bertalu sangat rampak, menjadikannya riuh dan emosional. Bukan kemarahan, tetapi justru sebuah kegembiraan.
Para penari itu tak berdendang riang, tetapi justru bergerak pelan. Walaupun ritmik musik perkusinya sangat padat, tak juga menggoda penari-penari itu menggerakkan kaki dengan lincah.
Itulah Akkarena Sombali, sebuah tari kontemporer yang berangkat dari tradisi Makassar, Sulawesi Selatan. Tarian ini diciptakan oleh koreografer Wiwiek Sipala . Tarian ini kerap menghiasi panggung-panggung seni di berbagai even nasional. Terakhir menjadi sajian pertunjukan dalam pembukaan Festival Salihara Ketiga di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis malam lalu.
Sebuah paradoks. Begitulah Wiwiek menyajikan tarian yang ditafsir ulang dari Pakarena, tari ritual masyarakat Makassar sebagai rasa syukur kepada dewa. Musik yang sangat ritmis tak selalu linier dengan gerakan yang riang. Justru gerakan penari-penari itu diciptakan lebih kontemplatif. Secara visual, terkesan mencekam namun terbentur oleh musik yang sangat padat.
Pakarena biasanya diselenggarakan 3 sampai 7 hari, yang dimulai dari sore hingga menjelang fajar. Tapi, Wiwiek memadatkannya menjadi sekitar 28 menit saja. Tentu, riset yang panjang terhadap tari ini telah ia lakukan sejak 1978. Garapannya lebih fokus menafsirkan Pakarena sebagai tarian ritual yang lebih menggambarkan syukur, doa, dan keikhlasan
Pakarena terdiri atas 12 babak. Tetapi dalam tafsir ulang ini, Wiwiek hanya memasukkan 9 babak. Selebihnya belum ia jamah dan dirasa belum perlu untuk garapan ini. Konsep geraknya sangat sederhana, tetapi justru membutuhkan penjiwaan yang matang untuk melafalkan gerakan-gerakan itu. Wiwiek selalu memaknai setiap gerakan yang ia buat. Misalnya, sikap tubuh penari yang condong ke depan dan kemudian menarik diri menjadi tegap lagi, di situ Wiwiek sedang berbicara tentang kehidupan manusia.
Wiwiek juga menafsir ulang musik yang dipakai. Dulu, mereka memakai dulang, yaitu piringan logam yang fungsinya mirip dengan kentongan. "Saya mencari warna musik yang sama, karena alat ini sekarang sudah tidak ada," katanya. Musik pengiring lebih bersifat perkusif. Hanya terompet kecil yang sesekali mengisi kalimat-kalimat melodisnya.