Latest Post
Sajak Negeri Para Bedebah ~ Adhie M. Massardi
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 02 Mei 2010 | Mei 02, 2010
Gadis Berjaket Merah dan Takut Hujan Luncurkan Nisan
Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 29 April 2010 | April 29, 2010
Salah satu perempuan penulis yang termasuk paling produktif di Sulsel, alumnus Jurusan Sastra Indonesia Universitas Hasanuddin, Pratiwi
Syarief, bakal meluncurkan buku barunya pada 2010 ini. Buku ketiganya ini diberi
judul Gadis Nisan.
Sebelumnya gadis cantik ini sudah meluncurkan buku Gadis Berjaket
Merah, buku yang memuat sembilan belas karya yang terdiri
dari tujuh belas cerpen, satu essai dan satu kumpulan puisi. Lalu bukunya yang kedua, Gadis Takut Hujan. Ketiga kumpulan cerpen tersebut yang
menjadi editornya adalah Kepala Humas Unhas M Dahlan Abubakar.
Kemampuan
menulis Pratiwi Syarif telah muncul ketika dia masih di SMP dimana saat itu
kisah-kisah dan pengalamannya ditulisnya melalui Buku diary. Kemudian
untuk memperdalam kemampuan menulisnya ia memilih kelas Bahasa sewaktu
masih di SMA negeri Barru. Bakat menulisnya menurun dari sang ayah
Syarif Longi Wartawan Harian Pedoman Rakyat yang juga Pimpinan
Redaksi “Tabloid “Pijar”.
Karya-karya Pratiwi memiliki kekhasan setting cerita yang menawarkan keakraban
dengan kehidupan sehari-hari, bahkan terasa akrab mengalir saja tanpa tedeng aling-aling tapi tetap bernas.
Dalam berbagai kesempatan Pratiwi selalu mengungkapkan bahwa dirinya memang menargetkan bisa melahirkan sebuah karya baru setiap tahun. Buku ketiganya ini memuat 22 judul cerpen dan dijadwalkan diluncurkan di kampung halamannya, Barru, Sulsel.
(berbagai sumber)
Hujan Kali Ini
Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 28 April 2010 | April 28, 2010
kali ini.
dawai-dawai gitarmu juga tidak sedang memainkan malam yang murung
dan pecah.
tidak sengaja aku menuliskan sajak selama berhari-hari
hanya untuk mengutip sedikit kalimat yang pernah kau titipkan
di bawah hujan, "akhirnya tak ada yang bisa membaca arah angin,"
katamu
untuk musim berikutnya.
bulukumba, 28 april 2010
Lukisan Pasir Kseniya Simonova dari Ukraina
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 25 April 2010 | April 25, 2010
Aku Bukanlah Gitar Yang Tiap Hari Selalu Kau Peluk
Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 24 April 2010 | April 24, 2010
Lelaki
tampan dengan suara merdu dan kemampuan memetik gitar. Perempuan mana
tak jatuh hati? Semua begitu indah di awal. Belakangan sang perempuan
sadar, kekasihnya lebih memilih yang lain. Bukan wanita idaman lain,
tapi yang dipilih sang pria: gitarnya sendiri. Ditambah kelakuan
playboy si pria, perempuan itu pun termehek-mehek di akhir cerita.
Cerita
klasik dan sederhana itu menjadi plot lukisan komik Bambang “Toko”
Witjaksono. Tema Titian Muhibah diusung Bambang dalam pameran
lukisannya yang digelar di Langgeng Gallery di Jakarta Art District,
Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta, sepanjang 8-30 April ini.
Karya
Bambang merupakan reproduksi dari komik Akhir yang Tragis karya Jan
Mintaraga. Bambang, pengagum berat Jan, memproyeksikan komik itu di
atas kanvas berukuran lebih dari 1 meter persegi. Sapuan akrilik
digunakan untuk mempercantik 12 lukisan yang dipamerkan. “Saya meminjam
visual komik, tapi ceritanya saya bikin sendiri,” katanya. Penekanan
cerita ala Bambang pada gitar dan perjalanan cinta sepasang kekasih.
Nostalgia
komik roman mampu dimunculkan dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta
tersebut. Pencapaian yang cukup mengagumkan karena mampu menyeleksi
satu buku komik menjadi tinggal 12 frame. Sayang, keterbatasan ruang di
Langgeng Gallery membuat tak semua lukisan dipajang. Bahayanya,
penikmat lukisan akan kehilangan alur cerita.
Keklasikan
komik dijaga dengan mempertahankan sosok-sosok pada 1970-an, seperti
tergambar dalam Akhir yang Tragis. Sang perempuan kerap digambarkan
dengan rok di bawah lutut, rambut terkepang, atau berbandana besar.
Adapun prianya dihadirkan dengan rambut berjambul dan kemeja lengan
panjang dengan kancing atas terbuka.
Bambang
juga menampilkan warna-warna pastel nan lembut dalam lukisannya.
Misalnya, dalam lukisan berjudul Merdunya, Bambang menggunakan warna
oranye pada gitar si pria, termasuk barisan fret-nya. Kemeja lelaki itu
berwarna pink menyala. Begitu juga dengan rok terusan sosok perempuan
yang terlihat jauh. Latar belakang langit biru cerah menambah ngejreng
lukisan tersebut.
Layaknya
komik, Bambang pun menghadirkan teks dalam lukisannya. Beberapa kali
dialog tercipta antara laki-laki dan perempuan. Tapi tak jarang
monolog. Teks dalam lukisan Bambang berhuruf kapital dan cenderung sama
dengan judul lukisan. Terkadang panjang, terkadang singkat. Bambang
sebenarnya bisa memilih salah satu, judul saja atau lukisan saja.
Pada
beberapa gambar, penghilangan itu akan tetap mampu menjaga pesan visual
dalam lukisan. Ini terlihat pada lukisan Tangannya Selembut Salju, yang
menggambarkan pasangan kekasih sedang berpegangan tangan. Dengan
membaca judul saja, pesan lukisan mampu ditangkap dengan mudah.
Bambang
tak jarang menyisipkan unsur puitis dalam teks. Contohnya, dalam Aku
Bukanlah Gitar, teks yang dibuat Bambang untuk menunjukkan suasana hati
sang perempuan berbunyi: “Aku bukanlah gitar yang tiap hari selalu kau
peluk”.
Dalam
lukisannya, Bambang terlihat sangat memperhatikan angle. Dalam lukisan
Mulailah Kejengkelan Itu, misalnya, pertemuan dua kekasih digambar dari
luar rumah dengan posisi agak ke atas. Pohon yang beberapa rantingnya
tak berdaun lagi menjadi latar depan, berpadu dengan terali rumah yang
tergambar hitam. “Saya tak ingin menggambarkan karakter komik dari
depan saja,” kata pendiri grup komik Apotik ini.
sumber: www.tempointeraktif.com
Maksud Baik Saudara Sebenarnya Untuk Siapa?
Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 23 April 2010 | April 23, 2010
WS Rendra, kampus UI, 1977
Pameran Lukisan Lima Perempuan Di Hari Kartini
Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 22 April 2010 | April 22, 2010
Pameran lukisan karya
Lukisan
yang dipamerkan mengandung unsur alam, abstrak bahkan lukisan yang
dipadukan dengan sulaman juga ditampilkan dalam pameran ini. Menurut
Ketua Panitia Pameran Lukisan Lima Perempuan, Gunawan Monoharto di
Makassar, Rabu, karya lima pelukis wanita ini di pamerkan untuk
mendorong perempuan-perempuan di Indonesia agar tetap menghargai
perjuangan RA Kartini yang telah mendongkrak kemampuan perempuan untuk
berkarya.
Keterangan dari panitia, hasil
penjualan lukisan ini akan diberikan ke panti jompo, panti asuhan dan
orang-orang yang memang layak membutuhkan. Masing-masing
lukisan memiliki harga bervariatif, mulai Rp1 juta hingga Rp12 juta,
namun harga itu bisa ditawar sehingga masyarakat bisa menjangkaunya .
Sajak Cinta Seorang Tua Untuk Istrinya
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 20 April 2010 | April 20, 2010
sajak cinta WS Rendra untuk istrinya
Sajak Sebatang Lisong
Posted By Ivan Kavalera on Senin, 19 April 2010 | April 19, 2010
Sajak Sebatang Lisong WS Rendra, Kampus ITB, 1977.
Aroma Musim Hujan
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 18 April 2010 | April 18, 2010
Prosa puitik "Aroma Musim Hujan" karya Amri Ibrahim, penyair dan blogger Makassar. Aku memanggilnya brother.
Refleksi Mafia Dalam Kekuasaan
Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 17 April 2010 | April 17, 2010
Seorang laki-laki bertopeng dengan setelan jas abu-abu itu berada di
sungai. Air hitam merendam bagian pinggang ke bawah. Tangannya memegang
topi jenis fedora yang senada dengan warna jasnya. Topi itu
dipasangkan ke pria lain di sebelah kirinya, yang juga terendam air
hingga dada. Laki-laki bertopeng itu seolah sedang menahbiskan pria
tersebut. Senyum bangga pun terlihat dari si tertahbis. Tapi dia tak sadar. Di bagian atas topi itu tergambar cross hair target. Dari balik sebuah pohon, seorang lelaki mengarahkan shotgun ke arah cross hair
itu. Posisinya siap tembak. Sekali tembak, tentu kekuasaan yang baru
diraihnya lenyap seketika. Anehnya, senyum dan arah mata dalam topeng
sang penahbis seperti menyetujui tindakan si pengintip.
A Real Power Can't be Give, It Should be Take,
judul lukisan tersebut. Sang pelukis, M. Lugas Syllabus, seolah
menggambarkan kekuasaan yang siap direbut pihak lain. Dunia kekuasaan
inilah yang digambarkan perupa kelahiran Bengkulu, 23 tahun lalu, itu
dalam pameran tunggal di galeri Art Seasons, Permata Hijau, Jakarta,
sejak 24 Maret lalu hingga 24 April mendatang.
Mengusung tema
"Welcome to The Family", Lugas menggambarkan kekuasaan dalam dunia
keluarga mafia dengan akrilik di atas kanvas. Lugas seperti
terinspirasi oleh Don Corleone, tokoh fiksi gembong mafia dalam novel The Godfather karya Mario Puzo.
Dalam The Don Dinner,
Lugas menampilkan pemimpin mafia itu dengan tatapan tajam dan tangannya
terkatup di atas meja makan. Tiga lelaki anggota keluarganya berdoa
dengan tangan memegang pistol terangkat ke dagu. Seperti berharap Don
membagikan peluru dari piring di depannya. Kreativitas Lugas ditambah
suasana kelam melalui tembok kecokelatan plus hijau lumut terlihat
nakal, menarik, sekaligus menunjukkan gairah ide yang meluap.
Lugas juga merefleksikan kepicikan pertemanan seperti yang terjadi dalam dunia mafia. Dalam Never Trust The Goldhand, digambarkan dua orang tengah berjalan bersama. Tangan lelaki yang satu menempelkan tanda target--pengulangan dari A Real Power Can't be Give, It Should be Take--di punggung lelaki lainnya. Simak juga XOXO
(peluk-cium), yang menampilkan satu orang memandangi temannya, yang
membuka jaket sepanjang lutut. Si teman ternyata membawa senapan,
granat, dan bom waktu.
Selain memajang lukisan, Lugas memamerkan karya tiga dimensi yang tak lepas dari dunia kekuasaan, misalnya I Ki$$ Your Hand,
yang menunjukkan seekor kucing dengan kaki depan terangkat tengah
menjilat tangan manusia berkepala anjing yang berdiri pongah. Berbahan fiberglass,
karya ini mencerminkan kondisi permusuhan yang kerap dibungkus
kepatuhan. Tanda "$" dalam judul menunjukkan jilatan dilakukan kepada
mereka yang punya uang dan kuasa.
Begitu juga dengan We Got Company, yang menampilkan satu pria berjas dengan dasi merah tengah disambut tulang tangan yang saling berangkulan. Tapi tangan-tangan itu setiap saat siap mencekik si pria. Dari dua karya nonlukisan ini, Lugas terlihat sangat sinis menyoroti kepalsuan dan perilaku jilat-menjilat.
Hampir di semua lukisan, Lugas menghadirkan gambar lain berukuran mini. Dalam Self Decision, misalnya, ditampilkan satu dari empat Dalton dalam komik Lucky Luke.
Ia seperti menari di atas pundak seorang hakim, yang kedua tangannya
berjabat di pinggang belakang. Gambar mini ini tentu bukan sekadar
hiasan, melainkan membantu penyampaian pesan lukisan. "Saya menggunakan
tokoh-tokoh yang hidup di zaman saya," ujar Lugas.
sumber: www.tempointeraktif.com
Terimakasih ya, bang Pendi. Bagi yang belum kebagian award ini, silahkan diambil. Tentunya jika berkenan.
Award Api Semangat dari Bang Pendi
Terimakasih ya, bang Pendi. Bagi yang belum kebagian award ini, silahkan diambil. Tentunya jika berkenan.
Patung Ingin Bunuh Diri Di Empire State Building
Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 16 April 2010 | April 16, 2010
Sejak dua hari ini warga kota New York
geger sejak Kamis (15/4) kemarin. Banyak yang langsung angkat telpon dan putar
nomor 911. Panik melanda warga. Ada orang
bertengger di sebuah birai tinggi dari Empire State
Building dan bersiap-siap
untuk melompat. Semuanya hampir terkecoh. Polisi menyadari bahwa adegan ingin
bunuh diri itu hanyalah sebuah patung besi tak bernyawa. Patung seukuran
manusia adalah salah satu dari 31 patung manusia realistis karya seniman
Inggris Antony Gormley.
Patung-patung ini sengaja dipasang di atap-atap gedung
berbahaya dan tepian bangunan kota
yang paling terkenal awal bulan lalu. Empat dari mereka ditempatkan di sisi
jalan, termasuk satu di Fifth
Avenue . Seni instalasi "Even Horizon"
ini dianggap salah satu pejabat, "Buang-buang tenaga polisi. Kami tidak
memiliki cukup polisi untuk menjawab panggilan sebuah patung yang ingin bunuh
diri."
Sebenarnya, polisi telah diberitahu tentang proyek seni,
yang juga didukung oleh Wali Kota New York Michael Bloomberg itu. Tapi, pejalan
kaki dan polisi mungkin punya alasan untuk khawatir: Sejak dibuka pada tahun
1931, 34 orang telah melompat dari dek pengamatan dari lantai 86 Empire State
Building, yang merupakan gedung pencakar langit tertinggi di Manhattan.
Patung laki-laki dari logam itu sengaja diletakkan di
langkan gedung, dimana kejadian bunuh diri terakhir terjadi. Seorang mahasiswa
Universitas Yale memutuskan melompat untuk bunuh diri pada tanggal 30 Maret
lalu.
Juru bicara Polisi New York Paul Browne menyatakan pihaknya
sudah menerima sepuluh kali panggilan ke 911 tentang "Event Horizon"
- termasuk tiga panggilan ke Empire State Building - meskipun sumber polisi
sudah bersikeras itu adalah kejadian biasa. Tak hanya warga, petugas patroli
juga ada yang terkecoh. Polisi lokal sudah diingatkan bahwa patung itu
dijadwalkan untuk tetap berdiri sampai 15 Agustus.
sumber: www.tempointeraktif.com