Latest Post
Indonesian Cultural Night 2010 Di Ohio Amerika
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 11 Mei 2010 | Mei 11, 2010
Seorang sahabat,
Try Juandha, mahasiswa asal Bulukumba yang kini menimba ilmu di Amerika Serikat mengirimkan informasi kepada saya
melalui Facebook. Try Juandha
bersama teman-temannya yang tergabung dalam PERMIAS (Persatuan Mahasiswa
Indonesia) yang sedang kuliah di Ohio State University mengadakan acara
cultural night (malam kebudayaan) dengan tema Unity In Diversity (bhineka
tunggal ika), 7 Mei 2010.
Acara agenda
tahunan in disemarakkan dengan cerita legenda Malin Kundang yang diadaptasikan
ke kehidupan modern. Intinya, Malin kundang jadi pengusaha sukses dan mengajak
para investor asing untuk investasi di beberapa daerah di indonesia. Dalam
sebuah adegan, tari Gandrang Bulo ditampilkan, karena ceritanya si Malin ke
Makassar.
Selain Tari
Gandrang Bulo dari Makassar, juga ikut ditampilkan Tari Saman dari Aceh, Tari
Tor-Tor dan Sarampang Dua Belas dari daerah Batak
Di ujung acara
cultural night, para pengunjung bisa menikmati makanan khas indonesia, seperti
gado-gado, sate dan lain-lain. Pengunjung juga dapat berbelanja souvenir khas
indonesia, batik, wayang, dan lain-lain. Sebagai pamungkas cultural night mereka melakukan
presentasi peluang bisnis di indonesia.
Berikut video perfomance Try Juandha dan teman-temannya ketika membawakan Gandrang Bulo.
Berikut video perfomance Try Juandha dan teman-temannya ketika membawakan Gandrang Bulo.
Padang Bulan Dan Cinta Di Dalam Gelas Andrea Hirata Di Bulan Juni
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 09 Mei 2010 | Mei 09, 2010
Andrea Hirata penulis
novel "Laskar Pelangi" dan "Sang Pemimpi" kini merasa nyaman menemukan dirinya dalam ciri khas novel-novel dengan latar belakang budaya Melayu. Andrea sering mengakui mendapat kepuasan luar biasa dengan menulis novel berlatar budaya
Melayu.
Dua novelnya yang terbaru berjudul "Padang Bulan" dan "Cinta di dalam Gelas" akan diluncurkan pada pertengahan Juni 2010. Kedua novel tersebut sudah selesai digarap dan sekarang berada di Penerbit Bentang.
Dua novelnya yang terbaru berjudul "Padang Bulan" dan "Cinta di dalam Gelas" akan diluncurkan pada pertengahan Juni 2010. Kedua novel tersebut sudah selesai digarap dan sekarang berada di Penerbit Bentang.
Andrea mengungkapkan, dua novel yang
merupakan karya kelima dan keenamnya tersebut masih dengan latar
belakang Belitung dan budayanya. Andrea menyelesaikan
penulisan dua novel tersebut hanya dalam lima minggu namun sebelumnya dengan riset yang dilakukan selama dua tahun.
Maryamah menjadi tokoh utama pada dua novel tersebut yang diceritakan sangat suka bermain catur. Novel 'Padang Bulan', lebih bercerita tentang kisah cinta dan novel 'Cinta di dalam Gelas' lebih banyak bercerita tentang Maryamah yang kesal terhadap suaminya dengan bentuk perlawanan berupa main catur.
(berbagai sumber)
Maryamah menjadi tokoh utama pada dua novel tersebut yang diceritakan sangat suka bermain catur. Novel 'Padang Bulan', lebih bercerita tentang kisah cinta dan novel 'Cinta di dalam Gelas' lebih banyak bercerita tentang Maryamah yang kesal terhadap suaminya dengan bentuk perlawanan berupa main catur.
(berbagai sumber)
Pusat Bahasa dan Microsoft Alihkan 250 Ribu Kosakata
Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 07 Mei 2010 | Mei 07, 2010
Pusat Bahasa menggandeng Microsoft untuk mengalihkan lebih dari 250.000
kosakata atau istilah bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Upaya ini
memperkaya bahasa Indonesia dan memberi kemudahan generasi muda dalam
memanfaatkan komputer dan mengakses teknologi informasi.
Pengalihan kosakata atau istilah asing harus dilakukan secepatnya agar
masyarakat tidak terjebak menggunakan bahasa asing. Pengalihan kosakata bidang ilmu teknologi
ke dalam bahasa Indonesia jika tidak secepatnya dilakukan akan
menimbulkan kendala. Sebab, pengalaman selama ini menunjukkan
pengalihan kata/istilah bahasa Inggris yang telah lama digunakan ke
bahasa Indonesia cenderung tidak diterima masyarakat.
Perkembangan bidang teknologi telah mencapai kemajuan yang amat berarti. Teknologi komputer misalnya, menghasilkan alat bantu
kerja yang tidak hanya urusan tulis dan cetak. Tetapi, mampu menerobos
teknologi komunikasi. Perpaduan kemajuan teknologi komputer dan
teknologi komunikasi melahirkan kosakata/istilah baru di bidang itu. Teknologi, baik perangkat lunak maupun perangkat keras datang dari
mancanegara sehingga kosakata/istilah yang digunakan adalah bahasa
asing. Yang terbanyak adalah bahasa Inggris.
sumber: www.tempointeraktif.com
Ini Mei!
Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 06 Mei 2010 | Mei 06, 2010
Bagi bangsa manapun, kekuatan bahasa adalah defensif awal terhadap agresi dari
luar yang mulai menggerogoti kebudayaan. Membangun kekuatan
bahasa berarti membangun pertahanan awal dalam mencapai taraf
kesejahteraan sebuah bangsa. Bahasa adalah muara dari sebuah identitas.
Bagi bangsa ini semestinya Mei merupakan bulan identitas. Tanggal 2 Mei merupakan Hari Pendidikan Nasional, sedangkan tanggal 20
Mei Hari Kebangkitan Nasional. Hari Buruh jatuh pada 1 Mei,
wafatnya pejuang buruh, Marsinah, pada 9 Mei, dan Hari Buku Nasional
pada tanggal 21 Mei. Tanggal 21 Mei juga adalah tonggak demokratisasi yang menumbangkan kekuasaan otoritarian Orde
Baru.
Kebangkitan Nasional tidak tercapai hakikatnya ketika
identitas diri bangsa perlahan musnah. Tidak akan bisa suatu keinginan
tercapai bila tidak menghadirkan kekuatan bahasa. Dengan hilangnya
identitas secara bahasa, akan hilang pula suatu proses yang berarti
dari sejarah-sejarah tersebut di bulan Mei.
Berbagai proses yang telah mengabaikan bahasa nasional telah merekonstruksi masyarakat terdidik
untuk berorientasi menuju bahasa yang tidak sesuai dengan identitas bangsanya sendiri. Buku-buku pendidikan pun lambat laun didominasi oleh
bahasa bercampur paham asing. Sangat diperlukan 'improvisasi permainan' oleh dunia
perbukuan nasional pada Hari Buku Nasional bulan ini.
Republik ini
semakin melemah akibat intervensi asing. Penjajahan baru dalam bentuk eksplorasi alam dan budaya berlangsung secara
besar-besaran. Kebudayaan leluhur semakin
terdiskriminasi di sisi sosial sebab masyarakat tergiring ke individualistik dan konsumerisme. Mulut besar kapitalisme menganga di ujung sana dan menelan manusia Indonesia bulat-bulat.
Bahasa nasional yang telah diracuni
kebudayaan asing dan terus diabaikan oleh kaum intelektualnya sendiri akan membuat peradaban serta
kekuatan negara dalam identitas akan segera musnah tidak lama lagi. Lalu darimana harus memulainya ketika itu semua terasa terlambat?
Satu kekuatan bersama dalam membangun tahap identitas bangsa yang kuat
adalah melalui bahasa nasional. Tidak berlebihan jika hari ini bahasa nasional yang baik dan benar semestinya sudah harus dimulai di situs blog, website, catatan harian pribadi, jurnal-jurnal tidak resmi, status di facebook maupun twitter dan sebagainya.
Belum terlambat jika hari ini blogger dan facebooker menunjukkan bahasa nasional sebagai identitas Indonesia kepada dunia. Mengapa Jepang kuat dan besar? Hari ini generasi muda Jepang ternyata tetap terinspirasi leluhur mereka. Mereka ternyata selalu terbiasa memposting blog dan menulis status di jejaring sosial dengan menggunakan bahasa nasional Jepang yang baik dan benar. Dan kepada blogger Indonesia? Saya hanya ingin menyampaikan,"Ini Mei!"
Belum terlambat jika hari ini blogger dan facebooker menunjukkan bahasa nasional sebagai identitas Indonesia kepada dunia. Mengapa Jepang kuat dan besar? Hari ini generasi muda Jepang ternyata tetap terinspirasi leluhur mereka. Mereka ternyata selalu terbiasa memposting blog dan menulis status di jejaring sosial dengan menggunakan bahasa nasional Jepang yang baik dan benar. Dan kepada blogger Indonesia? Saya hanya ingin menyampaikan,"Ini Mei!"
Sajak Aku Selalu Berlari Bersama Mimpiku
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 04 Mei 2010 | Mei 04, 2010
Sajak Negeri Para Bedebah ~ Adhie M. Massardi
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 02 Mei 2010 | Mei 02, 2010
Gadis Berjaket Merah dan Takut Hujan Luncurkan Nisan
Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 29 April 2010 | April 29, 2010
Salah satu perempuan penulis yang termasuk paling produktif di Sulsel, alumnus Jurusan Sastra Indonesia Universitas Hasanuddin, Pratiwi
Syarief, bakal meluncurkan buku barunya pada 2010 ini. Buku ketiganya ini diberi
judul Gadis Nisan.
Sebelumnya gadis cantik ini sudah meluncurkan buku Gadis Berjaket
Merah, buku yang memuat sembilan belas karya yang terdiri
dari tujuh belas cerpen, satu essai dan satu kumpulan puisi. Lalu bukunya yang kedua, Gadis Takut Hujan. Ketiga kumpulan cerpen tersebut yang
menjadi editornya adalah Kepala Humas Unhas M Dahlan Abubakar.
Kemampuan
menulis Pratiwi Syarif telah muncul ketika dia masih di SMP dimana saat itu
kisah-kisah dan pengalamannya ditulisnya melalui Buku diary. Kemudian
untuk memperdalam kemampuan menulisnya ia memilih kelas Bahasa sewaktu
masih di SMA negeri Barru. Bakat menulisnya menurun dari sang ayah
Syarif Longi Wartawan Harian Pedoman Rakyat yang juga Pimpinan
Redaksi “Tabloid “Pijar”.
Karya-karya Pratiwi memiliki kekhasan setting cerita yang menawarkan keakraban
dengan kehidupan sehari-hari, bahkan terasa akrab mengalir saja tanpa tedeng aling-aling tapi tetap bernas.
Dalam berbagai kesempatan Pratiwi selalu mengungkapkan bahwa dirinya memang menargetkan bisa melahirkan sebuah karya baru setiap tahun. Buku ketiganya ini memuat 22 judul cerpen dan dijadwalkan diluncurkan di kampung halamannya, Barru, Sulsel.
(berbagai sumber)
Hujan Kali Ini
Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 28 April 2010 | April 28, 2010
kali ini.
dawai-dawai gitarmu juga tidak sedang memainkan malam yang murung
dan pecah.
tidak sengaja aku menuliskan sajak selama berhari-hari
hanya untuk mengutip sedikit kalimat yang pernah kau titipkan
di bawah hujan, "akhirnya tak ada yang bisa membaca arah angin,"
katamu
untuk musim berikutnya.
bulukumba, 28 april 2010
Lukisan Pasir Kseniya Simonova dari Ukraina
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 25 April 2010 | April 25, 2010
Aku Bukanlah Gitar Yang Tiap Hari Selalu Kau Peluk
Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 24 April 2010 | April 24, 2010
Lelaki
tampan dengan suara merdu dan kemampuan memetik gitar. Perempuan mana
tak jatuh hati? Semua begitu indah di awal. Belakangan sang perempuan
sadar, kekasihnya lebih memilih yang lain. Bukan wanita idaman lain,
tapi yang dipilih sang pria: gitarnya sendiri. Ditambah kelakuan
playboy si pria, perempuan itu pun termehek-mehek di akhir cerita.
Cerita
klasik dan sederhana itu menjadi plot lukisan komik Bambang “Toko”
Witjaksono. Tema Titian Muhibah diusung Bambang dalam pameran
lukisannya yang digelar di Langgeng Gallery di Jakarta Art District,
Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta, sepanjang 8-30 April ini.
Karya
Bambang merupakan reproduksi dari komik Akhir yang Tragis karya Jan
Mintaraga. Bambang, pengagum berat Jan, memproyeksikan komik itu di
atas kanvas berukuran lebih dari 1 meter persegi. Sapuan akrilik
digunakan untuk mempercantik 12 lukisan yang dipamerkan. “Saya meminjam
visual komik, tapi ceritanya saya bikin sendiri,” katanya. Penekanan
cerita ala Bambang pada gitar dan perjalanan cinta sepasang kekasih.
Nostalgia
komik roman mampu dimunculkan dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta
tersebut. Pencapaian yang cukup mengagumkan karena mampu menyeleksi
satu buku komik menjadi tinggal 12 frame. Sayang, keterbatasan ruang di
Langgeng Gallery membuat tak semua lukisan dipajang. Bahayanya,
penikmat lukisan akan kehilangan alur cerita.
Keklasikan
komik dijaga dengan mempertahankan sosok-sosok pada 1970-an, seperti
tergambar dalam Akhir yang Tragis. Sang perempuan kerap digambarkan
dengan rok di bawah lutut, rambut terkepang, atau berbandana besar.
Adapun prianya dihadirkan dengan rambut berjambul dan kemeja lengan
panjang dengan kancing atas terbuka.
Bambang
juga menampilkan warna-warna pastel nan lembut dalam lukisannya.
Misalnya, dalam lukisan berjudul Merdunya, Bambang menggunakan warna
oranye pada gitar si pria, termasuk barisan fret-nya. Kemeja lelaki itu
berwarna pink menyala. Begitu juga dengan rok terusan sosok perempuan
yang terlihat jauh. Latar belakang langit biru cerah menambah ngejreng
lukisan tersebut.
Layaknya
komik, Bambang pun menghadirkan teks dalam lukisannya. Beberapa kali
dialog tercipta antara laki-laki dan perempuan. Tapi tak jarang
monolog. Teks dalam lukisan Bambang berhuruf kapital dan cenderung sama
dengan judul lukisan. Terkadang panjang, terkadang singkat. Bambang
sebenarnya bisa memilih salah satu, judul saja atau lukisan saja.
Pada
beberapa gambar, penghilangan itu akan tetap mampu menjaga pesan visual
dalam lukisan. Ini terlihat pada lukisan Tangannya Selembut Salju, yang
menggambarkan pasangan kekasih sedang berpegangan tangan. Dengan
membaca judul saja, pesan lukisan mampu ditangkap dengan mudah.
Bambang
tak jarang menyisipkan unsur puitis dalam teks. Contohnya, dalam Aku
Bukanlah Gitar, teks yang dibuat Bambang untuk menunjukkan suasana hati
sang perempuan berbunyi: “Aku bukanlah gitar yang tiap hari selalu kau
peluk”.
Dalam
lukisannya, Bambang terlihat sangat memperhatikan angle. Dalam lukisan
Mulailah Kejengkelan Itu, misalnya, pertemuan dua kekasih digambar dari
luar rumah dengan posisi agak ke atas. Pohon yang beberapa rantingnya
tak berdaun lagi menjadi latar depan, berpadu dengan terali rumah yang
tergambar hitam. “Saya tak ingin menggambarkan karakter komik dari
depan saja,” kata pendiri grup komik Apotik ini.
sumber: www.tempointeraktif.com