
Menurut cerita dalam naskah ini, dari Bukit Si Guntang Mahameru tersebut turunlah tiga orang cucu raja Iskandar Zulkarnain dan yang bungsu menjadi raja di Palembang dengan nama Sang Utama (Nila Utama menurut naskah lain) yang kemudioan bergelar Sri Tribuana. Yang tertua diangkat menjadi raja di Minangkabau dengan nama Sang Sapurba, sedangkan yang kedua menjadi raja di Tanjungpura bernama Sang Maniaka. Jadi orang Melayu itu berasal dari daerah ini dan kemudian menyebar mencari tempat pemukiman baru. Raja-raja Melayu mengakui keturunan dari nenek moyang Bukit Si Guntang.
Salah satu keistimewaan Palembang sebagai tempat penemuan bukti-bukti arkeologi ialah adanya suatu kesinambungan dari segi penanggalan. Hal ini menandakan bahwa Palembang memiliki masa okupasi yang panjang dan berkesinambungan, sehingga seringkali ditemukan data-data sejarah dari zaman yang berbeda-beda. Prasasti yang ditemukan dikawasan Palembang dan sekitarnya ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan tipe tulisan Pallawa Akhir. Para ahli menyimpulkan bahwa kecanggihan tulisan dan bahasa pada prasasti itu tidak berdiri sendiri, pasti sudah ada penggunaannya dalam kesusastraan yang hidup berdampingan dengan bahasa administratif yang terdapat pada prasasti, meskipun hingga kini tidak ditemukan sisa-sisa kesusastraan kuno dalam bentuk tertulis.

Salah satu sumber dari kitab sastra kuno Cina menyebutkan bahwa San-Fo-Ci atau Sriwijaya pada tahun 1373 diperintah oleh tiga penguasa, yaitu satu di Palembang, Darmasraya (Jambi), dan Adityawarman (Minangkabau). Di daerah Minangkabau inilah ditemukan arca Amoghapasya Lokesywara yang merupakan hadiah dari Raja Kertanegara kepada Srimat Tribuanaraja Mauliwarmadewa di Suwamabumi (sumatera). Arca ini merupakan tiruan dari arca di Candi Jago (Jawa timur). Setelah tahun 1377 tidak ada lagi berita mengenai daerah ini, mungkin karena pada tahun itu Jambi diserang dan dikalahkan oleh Majapahit. Tulisan dari zaman Sriwijaya diperkirakan banyak yang hilang, bukan berarti bahwa sastranya mati setelah wilayah Palembang menjadi bawahan Majapahit. Dari naskah yang sampai ditangan kita diperkirakan dapat terjadi pengalihan sastra Jawa ke sastra Melayu.
Pada bidang politik terjadi perubahan-perubahan yang mempengaruhi warna budaya Palembang. Kekuasaan Majapahit atas Palembang mulai melemah karena kegoncangan yang terjadi di kalangan Majapahit dan juga disebabkan karena jarak antara kedua tempat cukup besar, akibatnya terjadi suatu kekosongan kekuasaan. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Cina yang selalu hadir di Nusantara dan akhirnya menguasai Palembang (Groenevaldt dalam Purwanti, 2003:1). Setelah penguasaan Cina, menurut cerita sastra lisan Ki Gede Ing Suro mendirikan kerajaan yang dinamakan Palembang. Pendiri kerajaan Palembang berasal dari daerah pesisir utara Jawa, sebagaimana disebutkan dalam naskah sastra Melayu yang dikarang sebelum tahun 1536 (Ismail, 1998:125).
*dari berbagai sumber
Wah, takjub saya jejak naskah Sastra Kuno Palembang terekam juga disini. Begitulah kisah dari salah satu naskah tentang Kesultanan Palembang Tua. Terimakasih sudah menampilkannya disini sahabat.
BalasHapusPalembang ternyata kota yg luar biasa ya,dan menjadi inspirasi para sastrawan untuk ditulis menjadi sebuah puisi...makasih ya mas Ivan sharingnya.
BalasHapus@ Newsoul~Salah satu keinginan saya sejak dulu adalah berkunjung ke Palembang tapi belum kesampaian. Jadinya ya cuma bisa review lewat tulisan.
BalasHapus@ ateh75~ setiap kota dan tempat di tanah air memiliki banyak kehebatan.
jiah..keren nih crtnya...blog ini sealu ngasih pengetahuan umum ang jarang sekali ditemui heheheh..umm saya tinggal dipalembg wlopun asli jawa.........
BalasHapusbanyak tempat2 bersejarah yang disebutkan di tulisan ini yang uadh saya kunjungi tpi infonya gag sedetil itu thankz y.......makin cinta nih dgn plg.(wlopun kdg2 mau minggat dr kota yang mulai sesak ini heheeh)
nice sobat...bener2 tobh deh
BalasHapusaku bangga jadi orang palembang hehehe
saluttttttt untuk mu, postingannya selalu dan selalu penting...siiiip
BalasHapus@ Joni-Joni-Joni~~Lho kok penuh sesak? Ya, jadi tambah pengen ke sana nih berkelana di semua t4 bersejarah.
BalasHapus@ RiP666~~orang2 Palembang memang hebat bro..juga bloger2nya.
@ buwel~~makasih kanggrasi
Selalu ada ilmu di sini. selalu tak jemu aku ke sini...
BalasHapusTernyata Pramudya dah di tulis juga yah? sayang, waktu itu lagi sembunyi. Makasih yah, requestnya selalu di tampilin.
Mbak Helvy Tiana Rossa sudah belum?
@ anazkia, Insya Allah, Helvy Tiana Rossa segera menyusul.
BalasHapuspeninggalan yg harus dilestarikan.
BalasHapusinformasinya sangat menarik
BalasHapus@ Sang Cerpenis bercerita, setuju mbak Fanny.
BalasHapus@ Distance Learning, terimakasih.
Hmmmm...............jadi bangga ni tergolong orang palembang.
BalasHapusMampir ya semuanyaaaaaaa.........