matanya lebih sempurna memberi energi dibanding matahari. ia tak tergantikan. cintanya sepanjang jalan.
Latest Post
Cintanya Sepanjang Jalan
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 22 Desember 2009 | Desember 22, 2009
matanya lebih sempurna memberi energi dibanding matahari. ia tak tergantikan. cintanya sepanjang jalan.
Sajak Kecil Saja
Posted By Ivan Kavalera on Senin, 21 Desember 2009 | Desember 21, 2009
apakah tema terbaru yang paling tepat tentangmu?
tapi aku berusaha menulis sajak kecil saja ketika sebuah keberadaan dilindas kekuasaan sunyi. tidak perlu biaya mahal. sajak ini bukan poster dan spanduk demo yang kalimat-kalimat protesnya tentu dicetak dengan biaya mahal. lalu sejumlah massa berkumpul dan berteriak tentang haknya.
Sedikit Tentang Desember
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 20 Desember 2009 | Desember 20, 2009
Aku Telah Memutuskan untuk Memotong Sajak ini Menjadi Dua Bagian
Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 17 Desember 2009 | Desember 17, 2009
di sepanjang jalan
mengusap airmatamu.
di samping waktu yang telah membatu,
tak kunjung menuliskan judul sajak kita.
menjadi dua bagian
Sajak Hati Kecil Untuk Sebuah Pertemuan Kecil
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 29 November 2009 | November 29, 2009
siapakah dia, perempuan yg mencuci rambut diatas karang. wajahnya diguyur rembulan di sebuah kota kecil. dia selalu menungguku membawa berita singkat tentang rindu di tanah purba, tanah alang-alang. tapi kerjap waktu begitu sejenak, lelahnya aku rasakan begitu lekang menempuh jarak ke situs hati, dimana masih tercatat puisi-puisi lampau, diorama kampung halaman dan bukit-bukit batu.
seru juga memahamimu. saat sebutir huruf tak tereja dan aku meninggalkanmu.
"maafkan," tulisku pada selembar daun lontar. biarkan hanya angin yang membacanya kali ini.
Bulukumba, Minggu 29 Nopember 2009
Aku Menulis Ulang Puisi Ini Setelah Kemarin Sengaja Aku Hanyutkan di Sepotong Matamu Yang Lain
Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 18 November 2009 | November 18, 2009
-buat adikku Nayla
"sebuah puisi selalu menulis dirinya sendiri," katamu di sebuah pagi yang menggemaskan.
suara bising industri mulai lagi bergerak di atas kepala dan telinga. demonstrasi di mana-mana. makassar hujan. sebuah bom meledak di jantung kota kabul afghanistan. jakarta mati lampu. seorang legislator bernostalgia sewaktu menjadi aktivis idealis. makassar mati lampu. boommm! sementara itu bau asap rokok, lengkingan anak-anak penjaja kue, bunyi klakson mobil tetangga dan nada dering telepon seluler tidak sebagaimana matamu yang meredup-redup tatap.
dik, kota kita disekap puisi.
Bulukumba, awal musim hujan Rabu 18 Nopember 2009
Jalan Panjang Ini
Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 11 September 2009 | September 11, 2009
kadang sekelumit debu hinggap di kelopak matamu. kami meniupnya diam-diam.
agar berubah menjadi debu surga. sebab airmata bagi kita hanya untuk diteteskan pada telaga sukacita. di hari yang lain seonggok waktu yang menjemukan merampas tenagamu. kami mengurainya diam-diam. agar kita sedikit lebih lega.
dan cinta? dia mengurai hati kita sepanjang jalan ini.
Pertemanan adalah sebuah jalan panjang menuju persahabatan. Dia bisa abadi karena didasari ketulusan, persaudaraan dan cinta. Beberapa orang sahabat blogger dari berbagai penjuru mengekpresikannya ke dalam bentuk award berikut ini. Terimakasih sedalam-dalamnya buat Mbak Nura, Ibnu Mas'ud, Hani Hizboel, dan Bunda Elly Suryani yang telah memberikan award ini.
Empat buah award cantik buatan Mbak Nura di Al Jubail Arab Saudi. Keren dan sangat kreatif:
Friendship Award dari Ibnu Mas'ud:
Friendship Award dari Hani Hizboel:
Koin Emas Indonesian Blogger dari Bocah Pemimpi:
The Hottest Male Blogger Award dari Bunda Elly Suryani:
Semua award ini saya persembahkan lagi kepada semua sahabat yang telah menjadi pembaca setia (followers) Sastra Radio. Terimakasih ya telah menjadi followers blog saya. Diambil ya. Boleh diboyong semua. Semoga ke 8 award ini kian memperat tali persahabatan dan ukhuwah di antara kita. Amin. Salam budaya.
Puisi dan Award
Posted By Ivan Kavalera on Senin, 03 Agustus 2009 | Agustus 03, 2009
Berjabat Erat
musim ini adalah musim yang gemerisik
tapi biar saja angin menjatuhkan daun
dan hujan mengusik air danau dengan bunyi kecipak.
ketika melewati kotamu kemarin
aku sempat menunggumu
di sebuah tugu bertuliskan"di sini kita berjabat erat
tanpa henti."
pada musim selanjutnya
atau juga mungkin ketika tak ada lagi musim
kita masih akan terus merencanakan
untuk membangun tugu-tugu yang lain.
biar saja tanpa batu bata ataupun batako,
sebab sebuah rumah yang damai
selalu dibangun dari jabat erat hati.
Bulukumba, 3 Agustus 2009
Puisi di atas saya berikan kepada dua orang sahabat yang telah memberi award kepada saya kemarin dan seorang lagi di hari ini. Sahabat yang pertama adalah: mbak Fanny Fredlina, seorang cerpenis yang selalu menjadi inspirator dan motivator bagi para pembaca tulisan-tulisannya dalam blog Sang Cerpenis Bercerita.
Sahabat yang kedua adalah Mas Doyok dan Irawan yang telah memberi award keren ini:
Tiga award ini saya persembahkan pula kepada sobat-sobat tercinta:
-Tri Wahyudi
-Chord Guitar
-NBC FM Bantaeng
-Trimatra
-Roslinda
-Irawati
-gamegimi
-Eyda Chan
-Tisti Rabbani
-Penikmat Buku
Silahkan dibawa pulang ke rumah masing-masing ya, sobat.
Agustus Yang Memulai Pagi
Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 02 Agustus 2009 | Agustus 02, 2009
Sepotong dari benak saya yang entah ini layak disebut puisi tapi saya tulis khusus buat semua sahabat blogger setanah air dan sedunia. Ini adalah award dalam bentuk puisi.
berjalan lagi
usai melukis hujan
di wajahmu. "matahari bertumbuhan
di bawah jendela rumahku" katamu
setiap hari. "ya, memang semestinya begitu," ujarku sambil
meneguk kopi dan senyumanmu di langit.
cahaya buat kota hatimu diletakkan setiap pagi
oleh seseorang tak dikenal
tapi tak pernah merasa asing
padahal berjalan lagi.
ada yang embun ada yang mata air ada yang riak telaga
lalu berjalan lagi
ada yang menuju pagi menuju senja
menuju segala ruang.di kota hati tak berpasir
tetap saja kita setia mengunyah nyanyian
yang kita sepakati untuk mencurinya
dari sepotong waktu yang merdeka.
Bulukumba, 2 Agustus 2009
(award versi puisi, juga boleh dibawa pulang)
Tiga Award dari mbak Latifah Hizboel, penulis mutiara-mutiara kisah kehidupan dan universalitas cinta dalam blog Cinta Hakiki. Salah satunya berikut ini:
Award berikut dari Joni, seorang penyair muda dengan puisi-puisi manis dalam blog Hidup Itu Indah:
Award yang satu ini datang dari Eris Agustian penulis hebat penuh ide dalam blog Digital Life:
Award ini dari mbak Reni, penulis catatan-cataan kecil yang manis dan inspiratif:
Award berikut berasal dari Irma Senja, penyair dengan puisi-puisi cantik:
Award ini diberikan oleh Chankak23, blogger penuh inspirasi:
Kini giliran saya mempersembahkan sastra radio award 2009 kepada:
- semua yang telah berkomentar di post comment maupun shoutmix- semua yang telah menjadi pembaca setia atau follower blog sastra radio.
-Gambar microphone studio radio mewakili genre blog ini dan radio tempat saya bekerja, RCA 102, 5 FM. Meski saya masih gaptek, tapi terimakasih kepada RCA yang telah bersedia mensupport bahkan bersedia menjadi sponsor blog sastra radio. Sejak awal saya telah memutuskan blog ini mengusung aliran sastra dan seputar seni budaya serta rekam jejak program sastra budaya Ekspresi dan Sembilu di RCA.
-Latar warna biru menyimbolkan langit luas kemerdekaan inspirasi dan gagasan tak bertepi. Juga kedalaman lautan hikmah dan pengetahuan yang harus tetap diselami semampu kita.
-Tulisan sastra radio berwarna kuning menyimbolkan kesuburan hati dan jiwa yang harus tetap kita tanami dengan keikhlasan. Tulisan award 2009 berwarna merah melambangkan keberanian dan jiwa patriotisme kita sebagai anak bangsa yang berusaha mengisi kemerdekaan dengan segala hal bermanfaat di dunia maya.
Semua award di atas boleh diambil semuanya atau salah satunya yang paling disukai.
Kartini, Kartini
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 21 April 2009 | April 21, 2009
aku lelaki yang juga dipukau olehnya. dia perempuan anggun dari zaman tempurung.
lindap sinarnya berabad-abad selanjutnya. wajahnya bertudung purnama ketika tak seorangpun berani menyalakan lilin.
habis gelap terbitlah terang.
kartini, kartini.
lindap sinarnya, lindap sinarnya
janganlah redup.
beberapa pucuk surat yang dia kirimkan dari waktu lampau
masih tergeletak di atas kasur.
Tautan
satu tautan waktumu menuju dinding waktuku.
aku harus melongok ke satu tautan waktuku yang lain
tautan di satu dinding mempertemukan tautan lainnya
di dinding yang satu.
besok, tautan-tautan itu
semakin banyak berpencar menuju yang lain lagi
ataukah kembali
menuju satu?
satu-satu. tautan menyatu.
dinding waktu tak jadi satu.
Bulukumba, 21 April 2009
Sajak Hati Kecil Buat Kakek
Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 18 April 2009 | April 18, 2009
tanah yang gelisah. kunyanyikan lagu-lagumu yang terdahulu. tapi tidak sepopuler slank, harry potter, ponsel, blog, koalisi partai, bisnis online dan facebook. di sini bukan lagi tempat yang sunyi. kunyanyikan lagu-lagumu yang terdahulu. kecipak air pasti terdengar di bawah pancuran pinggiran desa. kebun kelapa dan angin gunung masih menyandera ingatan. ada sebuah perjalanan kecil dan tak sempat tercatat di matamu.
Surat Buat Ibu Sehabis Pemilu
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 14 April 2009 | April 14, 2009
Surat Buat Ibu Sehabis Pemilu
lagi-lagi doakan anakmu, ibu.
di atas pematang aku mengintip sepi.
tanah ini terlanjur terbengkalai.
Bulukumba, Selasa 14 April 2009
Catatan Kecil
dia temanku yang bercerita
tentang rindunya
yang tak kunjung lengkap.
dikirimkannya melalui halaman-halaman hatinya kepada
lebih dari satu tetes embun. aku pun tak mampu menolongnya. ketika bulan tak muncul.
rindu adalah abjad tak terbaca di atas padang sahara
pada masing-masing hati setiap pencinta.
aku hanya mengirimkannya sebuah kaktus.
ketika bulan tak muncul-muncul.
Yang Masih Tercecer
Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 03 April 2009 | April 03, 2009
Ladang Puisi
-buat Tantri
terimakasih telah mencuri sekuntum puisiku di sebuah larut malam. tapi tidak usah mengembalikannya. cukuplah rinai-rinai hujan di matamu yang bunga.
yang bidadari. grafity di tembok kota. musik hingar di kamar kost. sejumput matahari yang diletakkan seseorang di muka pintu rumahmu. kertas-kertas lusuh yang urung jadi naskah. terimakasih buat gitar banjonya john lennon. pasti kamu masih menguber-uber salah satu manuskrip asli goresan tangan shakespeare. tapi kapan kau kabarkan lagi cerita tentang matamu yang bunga? masih aku mengajakmu menanami ladang puisi yang dulu.
Bulukumba, Jumat 3 April 2009
Sajak Perjalanan Melayari Batu
Sajak Perjalanan Melayari Batu
-kepada adikku Nila
berangkatlah sebagai burung camar. ini hari adalah terdiri dari tiang-tiang kapal atau jangkar. kutahu kau terbiasa meludahi ombak yang sejak dulu menjadikan pelaut sebagai burung rajawali. sayapnya adalah bendera. dalam perjalanan melayari batu tak usah bersahabat dengan cuaca. pelaut-pelaut ulung akan selalu menemukan pulau. tak pernah jera ditenggelamkan waktu. sebagaimana apa kata badai. sebagaimana langit. sebagaimana cinta. sampai jumpa lagi di tengah jala atau laut sunyi.
Bulukumba, 05 Agustus 2006
Sekali Waktu
sekali waktu aku ingin menjadi riak kecil di telaga matamu
sebab semestinya menurutku
tiada ketenangan utuh dalam pandanganmu
bukan pula keteguhan karang ketika hati kokoh
tertikam rasa sayang
sekali waktu aku adalah lelakimu saat engkau menjadi perempuanku
sebab semestinya menurut rindu, hidup harus dilanjutkan sepanjang
waktu
Bulukumba, hujan yang tak tercatat di 2006
Permulaan April
Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 01 April 2009 | April 01, 2009
sunyi itu batu. di kotamu ia bersekutu dengan sejuta penyair.
ia gerimis yang kutemukan di lipatan tujuh puluh lembar halaman blogmu.
sunyi itu kaca. diam. tawa. bening dan kehujanan.
permulaan april. sunyi yang tepat
untuk belajar menulis. belajar mengeja
apa saja di waktumu.
Bulukumba, 1 April 2009
Solitude
Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 31 Maret 2009 | Maret 31, 2009
Bulukumba, 31 Maret 2009