Latest Post

Tampilkan postingan dengan label puisi semak belukar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi semak belukar. Tampilkan semua postingan

Cintanya Sepanjang Jalan

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 22 Desember 2009 | Desember 22, 2009



ia adalah purnama ketika kami anak-anaknya berpendaran di bawah bulan
bermain dan terus bertumbuhan.

ia adalah makhluk terkuat di dunia. bahunya mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya. di lain hari bahu itu menjadi tempat nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. 

matanya lebih sempurna memberi energi dibanding matahari. ia tak tergantikan. cintanya sepanjang jalan. 

Bulukumba, 22 desember 2009



            SELAMAT HARI IBU 22 DESEMBER


Sajak Kecil Saja

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 21 Desember 2009 | Desember 21, 2009


apakah tema terbaru yang paling tepat tentangmu?
(semua tema tentang indonesia saja telah diborong oleh televisi, koran dan radio. sebuah revolusi mungkin belum akan cukup membuatnya sedikit berubah)

tapi aku berusaha menulis sajak kecil saja ketika sebuah keberadaan dilindas kekuasaan sunyi. tidak perlu biaya mahal. sajak ini bukan poster dan spanduk demo yang kalimat-kalimat protesnya tentu dicetak dengan biaya mahal. lalu sejumlah massa berkumpul dan berteriak tentang haknya.

aku sendiri saja. lalu apakah tema yang paling tepat untukmu?
jarum jam yang mengitari matamu mungkin akan menandakan kita akan segera selesai. jarum jam itu dulunya pernah berwarna pink. gerakan dan kecepatannya pernah sama persis dengan jarum jam di hatiku.

Bulukumba, sebuah tanggal tak tercatat di 2007 

Sedikit Tentang Desember

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 20 Desember 2009 | Desember 20, 2009




desember yang diletakkan di hari minggu itu ternyata masih pagi, katamu. desember yang terakhir itu ada di dalam kaca di rumah kita. tidak seperti kaleidoskop peristiwa di koran dan televisi. desember kita lebih lengkap. ada potret trotoar, karnaval, demonstrasi dan cinta yang mulai bekerja.

sebenarnya, mendadak aku hanya ingin membubuhkan sedikit tanda tangan pada  almanak di atas meja kerjamu. aku ingin membayangkan semuanya berisi tanggal merah pada tahun depan.

"hatiku tetap bekerja," bisikmu lagi.

Bulukumba, 20 Desember 2009



Aku Telah Memutuskan untuk Memotong Sajak ini Menjadi Dua Bagian

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 17 Desember 2009 | Desember 17, 2009


aku telah memutuskan untuk memotong sajak ini 
menjadi dua bagian 
agar kita merasa pernah bersinggahan 
dan bertukaran di pelupuk mata masing-masing
bertautan pada jendela-jendela kereta yang mendekatkan
jarak pandang
seperti angin, pepohonan dan perkampungan yang berlarian 
di sepanjang jalan
sebuah keintiman jemari saja sekejap cukup 
mengusap airmatamu.

cukup kita berdua saja yang merasa pernah membacanya
di samping waktu yang telah membatu,
di sebuah stasiun kereta yang ternyata 
tak kunjung menuliskan judul sajak kita.
aku telah memutuskan untuk memotong sajak ini 
menjadi dua bagian
beberapa dari kata dan kalimat telah kita anggap ikut bersepakat
dan mungkin akan kerap kali kita bacakan
pada setiap ingatan tentang perhentian kereta,
setiap kereta tentang riwayat lama.

Bulukumba, 17 Desember 2009

Sajak Hati Kecil Untuk Sebuah Pertemuan Kecil

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 29 November 2009 | November 29, 2009




seru juga memahamimu. setelah meniup harmonika aku datang dari lembah-lembah yang jauh lalu mengetuk pintu rumahmu di sebuah kota kecil pada larut malam.

siapakah dia, perempuan yg mencuci rambut diatas karang. wajahnya diguyur rembulan di sebuah kota kecil. dia selalu menungguku membawa berita singkat tentang rindu di tanah purba, tanah alang-alang.
tapi kerjap waktu begitu sejenak, lelahnya aku rasakan begitu lekang menempuh jarak ke situs hati, dimana masih tercatat puisi-puisi lampau, diorama kampung halaman dan bukit-bukit batu.

seru juga memahamimu. saat sebutir huruf tak tereja dan aku meninggalkanmu.
"maafkan," tulisku pada selembar daun lontar. biarkan hanya angin yang membacanya kali ini.

Bulukumba, Minggu 29 Nopember 2009

Aku Menulis Ulang Puisi Ini Setelah Kemarin Sengaja Aku Hanyutkan di Sepotong Matamu Yang Lain

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 18 November 2009 | November 18, 2009



-buat adikku Nayla

rindu saja yang mungkin meletup-letup. matahari yang mungkin terkesiap. padahal kita tidak sedang ingin saling menatap.

"sebuah puisi selalu menulis dirinya sendiri," katamu di sebuah pagi yang menggemaskan. "lantas setiap penyair pasti terlahir dari puisi itu sendiri kan?" sergahku sambil menyeruput kopi panas. sepotong matahari diam-diam mengetuk di jendela. kadang seperti itulah percakapan. kadang melindap-lindap.

suara bising industri mulai lagi bergerak di atas kepala dan telinga. demonstrasi di mana-mana. makassar hujan. sebuah bom meledak di jantung kota kabul afghanistan. jakarta mati lampu. seorang legislator bernostalgia sewaktu menjadi aktivis idealis. makassar mati lampu. boommm! sementara itu bau asap rokok, lengkingan anak-anak penjaja kue, bunyi klakson mobil tetangga dan nada dering telepon seluler tidak sebagaimana matamu yang meredup-redup tatap.

"sekujur waktu telah menjadi batu!" teriakmu lagi dari kamar mandi. "dan kita akan selalu mencoba memahami makna-makna kenyataan yang tak selalu persis sama dengan mimpi," kataku. tapi aku lebih memilih berangkat ke tempat kerja lebih cepat dari biasanya.
sepotong matahari diam-diam mengetuk di jendela. aku menulis ulang puisi ini setelah kemarin sengaja aku hanyutkan di sepotong matamu yang lain. ah, rumput basah mungkin akan lebih mengerti tentang jejak-jejak pada pagi.

dik, kota kita disekap puisi.


Bulukumba, awal musim hujan Rabu 18 Nopember 2009

Jalan Panjang Ini

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 11 September 2009 | September 11, 2009



Jalan Panjang ini

kadang sekelumit debu hinggap di kelopak matamu. kami meniupnya diam-diam.
agar berubah menjadi debu surga. sebab airmata bagi kita hanya untuk diteteskan pada telaga sukacita. di hari yang lain seonggok waktu yang menjemukan merampas tenagamu. kami mengurainya diam-diam. agar kita sedikit lebih lega.
dan cinta? dia mengurai hati kita sepanjang jalan ini.


Pertemanan adalah sebuah jalan panjang menuju persahabatan. Dia bisa abadi karena didasari ketulusan, persaudaraan dan cinta. Beberapa orang sahabat blogger dari berbagai penjuru mengekpresikannya ke dalam bentuk award berikut ini. Terimakasih sedalam-dalamnya buat Mbak Nura, Ibnu Mas'ud, Hani Hizboel, dan Bunda Elly Suryani yang telah memberikan award ini.

Empat buah award cantik buatan Mbak Nura di Al Jubail Arab Saudi. Keren dan sangat kreatif:

Friendship Award dari Ibnu Mas'ud:


Friendship Award dari Hani Hizboel:


Koin Emas Indonesian Blogger dari Bocah Pemimpi:

The Hottest Male Blogger Award dari Bunda Elly Suryani:


Semua award ini saya persembahkan lagi kepada semua sahabat yang telah menjadi pembaca setia (followers) Sastra Radio. Terimakasih ya telah menjadi followers blog saya. Diambil ya. Boleh diboyong semua. Semoga ke 8 award ini kian memperat tali persahabatan dan ukhuwah di antara kita. Amin. Salam budaya.

Puisi dan Award

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 03 Agustus 2009 | Agustus 03, 2009


Berjabat Erat



musim ini adalah musim yang gemerisik
tapi biar saja angin menjatuhkan daun
dan hujan mengusik air danau dengan bunyi kecipak.
ketika melewati kotamu kemarin
aku sempat menunggumu
di sebuah tugu bertuliskan"di sini kita berjabat erat
tanpa henti."
pada musim selanjutnya
atau juga mungkin ketika tak ada lagi musim
kita masih akan terus merencanakan
untuk membangun tugu-tugu yang lain.
biar saja tanpa batu bata ataupun batako,
sebab sebuah rumah yang damai
selalu dibangun dari jabat erat hati.

Bulukumba, 3 Agustus 2009


Puisi di atas saya berikan kepada dua orang sahabat yang telah memberi award kepada saya kemarin dan seorang lagi di hari ini. Sahabat yang pertama adalah: mbak Fanny Fredlina, seorang cerpenis yang selalu menjadi inspirator dan motivator bagi para pembaca tulisan-tulisannya dalam blog Sang Cerpenis Bercerita.




Sahabat yang kedua adalah Mas Doyok dan Irawan yang telah memberi award keren ini:



Tiga award ini saya persembahkan pula kepada sobat-sobat tercinta:

-Tri Wahyudi
-Chord Guitar
-NBC FM Bantaeng
-Trimatra
-Roslinda
-Irawati
-gamegimi
-Eyda Chan
-Tisti Rabbani
-Penikmat Buku

Silahkan dibawa pulang ke rumah masing-masing ya, sobat.



Agustus Yang Memulai Pagi

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 02 Agustus 2009 | Agustus 02, 2009


Sepotong dari benak saya yang entah ini layak disebut puisi tapi saya tulis khusus buat semua sahabat blogger setanah air dan sedunia. Ini adalah award dalam bentuk puisi.


Agustus Yang Memulai Pagi

berjalan lagi
usai melukis hujan
di wajahmu
. "matahari bertumbuhan
di bawah jendela rumahku" katamu
setiap hari.
"ya, memang semestinya begitu," ujarku sambil
meneguk kopi
dan senyumanmu di langit.
cahaya buat kota hatimu diletakkan setiap pagi

oleh seseorang tak dikenal
tapi tak pernah merasa asing
padahal
berjalan lagi.
ada yang embun ada yang mata air ada yang riak telaga
lalu berjalan lagi
ada yang menuju pagi
menuju senja
menuju segala ruang.
di kota hati tak berpasir
tetap saja kita setia mengunyah nyanyian
yang kita sepakati untuk mencurinya

dari sepotong waktu yang merdeka.

Bulukumba, 2 Agustus 2009
(award versi puisi, juga boleh dibawa pulang)


Alhamdulillah, lima bulan ngeblog sejak aktif pada Maret 2009, sungguh banyak hal penting yang saya peroleh. Tak terhitung jumlah kenalan baru, teman, dan sahabat. Begitu banyak tambahan wawasan, hikmah, pelajaran, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Jujur saya masih sangat gaptek dan baru lima bulan ngeblog. Kaget juga sebab telah dianugerahi 12 award dari tujuh orang sahabat. Itu seingat dan sesuai data, he he he..soalnya beberapa hari lalu file award di komputer saya sedikit ada masalah. Jika ada teman lainnya yang mungkin pernah juga memberi award kepada saya, tolong segera konfirmasinya sobat ya.

Tiga Award dari bunda Elly Suryani, penulis prosa lirik dan narasi manis penuh hikmah kehidupan dalam blog Life With Your Vision. Salah satunya adalah :

Tiga Award dari mbak Latifah Hizboel, penulis mutiara-mutiara kisah kehidupan dan universalitas cinta dalam blog Cinta Hakiki. Salah satunya berikut ini:

Award berikut dari Joni, seorang penyair muda dengan puisi-puisi manis dalam blog Hidup Itu Indah:

Award yang satu ini datang dari Eris Agustian penulis hebat penuh ide dalam blog Digital Life:



Award ini dari mbak Reni, penulis catatan-cataan kecil yang manis dan inspiratif:
Award berikut berasal dari Irma Senja, penyair dengan puisi-puisi cantik:



Award ini diberikan oleh Chankak23, blogger penuh inspirasi:



Kini giliran saya mempersembahkan sastra radio award 2009 kepada:
- Newsoul, ateh75, Joni, Irmasenjaq, mbak Reni, Naruto, Digital Life, Chankak23, Bagus Siedharta, Sang Cerpenis Bercerita, kang Buwel, Setiawan Dirgantara, Hijau Lumut, tukangbikincerita, Fanda, Ahmad Flamboyant, Sigit, Trimatra, mas Doyok, Nura, Desti, Osi, Sijagur, mbak Yuni, Music Publichist, Dexter, Opung, Attayaya, Azarre dan Anazkia.
- semua sahabat yang telah bertukar banner ataupun link dengan saya.

- semua yang telah berkomentar di post comment maupun shoutmix- semua yang telah menjadi pembaca setia atau follower blog sastra radio.
Anda semua adalah salah satu bagian penting dari inspirasi dan semangat saya untuk tetap ngeblog dan saling berbagi hal-hal bermanfaat. Silahkan diambil ya, sahabat... Award ini amat sederhana (padahal si Amat sendiri tidak sesederhana itu he..he.. he..) tapi semoga teman-teman berkenan membawanya pulang. Makna setiap lekuk pada award ini adalah:

-Gambar microphone studio radio mewakili genre blog ini dan radio tempat saya bekerja,
RCA 102, 5 FM. Meski saya masih gaptek, tapi terimakasih kepada RCA yang telah bersedia mensupport bahkan bersedia menjadi sponsor blog sastra radio. Sejak awal saya telah memutuskan blog ini mengusung aliran sastra dan seputar seni budaya serta rekam jejak program sastra budaya Ekspresi dan Sembilu di RCA.

-Latar warna biru menyimbolkan
langit luas kemerdekaan inspirasi dan gagasan tak bertepi. Juga kedalaman lautan hikmah dan pengetahuan yang harus tetap diselami semampu kita.

-Tulisan sastra radio berwarna kuning menyimbolkan kesuburan hati dan jiwa yang harus tetap kita tanami dengan keikhlasan. Tulisan award 2009 berwarna merah melambangkan keberanian dan jiwa patriotisme kita sebagai anak bangsa yang berusaha mengisi kemerdekaan dengan
segala hal bermanfaat di dunia maya.

Semua award di atas boleh diambil semuanya atau salah satunya yang paling disukai.

Kartini, Kartini

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 21 April 2009 | April 21, 2009


aku lelaki yang juga dipukau olehnya. dia perempuan anggun dari zaman tempurung.
lindap sinarnya berabad-abad selanjutnya. wajahnya bertudung purnama ketika tak seorangpun berani menyalakan lilin.
habis gelap terbitlah terang.
kartini, kartini.
lindap sinarnya, lindap sinarnya
janganlah redup.
beberapa pucuk surat yang dia kirimkan dari waktu lampau
masih tergeletak di atas kasur.

Tautan


satu tautan waktumu menuju dinding waktuku.
aku harus melongok ke satu tautan waktuku yang lain
tautan di satu dinding mempertemukan tautan lainnya
di dinding yang satu.
besok, tautan-tautan itu
semakin banyak berpencar menuju yang lain lagi
ataukah kembali
menuju satu?
satu-satu. tautan menyatu.
dinding waktu tak jadi satu.


Bulukumba, 21 April 2009

Lelaki Kecil

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 19 April 2009 | April 19, 2009


aku ingin menjadi lelaki kecil lagi. menangis kembali. tapi damai.
cukuplah sungai-sungai kebijaksanaan mengaliri waktu
yang tak sepenuhnya sampai.
di sini pernah berhamparan rumput-rumput kesabaran,
saat-saat berpisah yang telah mencabutinya.

Sajak Hati Kecil Buat Kakek

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 18 April 2009 | April 18, 2009



tanah yang gelisah. kunyanyikan lagu-lagumu yang terdahulu. tapi tidak sepopuler slank, harry potter, ponsel, blog, koalisi partai, bisnis online dan facebook. di sini bukan lagi tempat yang sunyi. kunyanyikan lagu-lagumu yang terdahulu. kecipak air pasti terdengar di bawah pancuran pinggiran desa. kebun kelapa dan angin gunung masih menyandera ingatan. ada sebuah perjalanan kecil dan tak sempat tercatat di matamu.

Surat Buat Ibu Sehabis Pemilu

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 14 April 2009 | April 14, 2009


Surat Buat Ibu Sehabis Pemilu

lagi-lagi doakan anakmu, ibu.
di atas pematang aku mengintip sepi.
tanah ini terlanjur terbengkalai.

Bulukumba, Selasa 14 April 2009



Januari Pagi Ini

januari pagi ini lentik sekali
aku, kau dan hujan masih bersajak tentang rumah tua di tengah ladang
tempat kau, aku dan masa kecil belajar berkebun dengan budi pekerti.
januari pagi ini lentik sekali bersama matahari
cahaya-cahaya dari celah bukit menangkapku yang sedang belajar bercocok tanam
dengan pikiran-pikiran sederhana.
penanggalan tak pernah tua
mimpi menderas selalu kembali ke januari pagi ini
saat dan tempat yang paling lirih bagi cahaya-cahaya kecil
sebelum berangkat jauh ke kota.
ketika cinta selalu menyertai
untuk selalu kembali pulang
ketika tak ada lagi yang bisa dicangkul dengan nurani
desa telah terlanjur sunyi tanpa bunyi lesung di siang hari
bertahun-tahun cahaya-cahaya itu telah
meredup
kunang-kunang tak lagi bisa kita tangkapi di malam hari.
dan bintang-bintang? ah, kita tak lagi memandanginya dari arah rumah tua di tengah ladang
tapi juga tak pernah cukup dimangsa
kenangan.

Bulukumba, 04 Januari 2009




Catatan Kecil 2

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 08 April 2009 | April 08, 2009

-buat Manya

kupu-kupu kecil di pelupuk matamu
kutangkapi. aku lalu ingin melukis lagi tentang malam, hujan, seribu capung dan taman bunga.
di mana letaknya kembang tempatmu bermukim?
ajaklah aku belajar menulis surat cinta buat alam.

Catatan Kecil

-buat Anita Pesi

dia temanku yang bercerita
tentang rindunya
yang tak kunjung lengkap.

dikirimkannya melalui halaman-halaman hatinya kepada
lebih dari satu tetes embun. aku pun tak mampu menolongnya. ketika bulan tak muncul.
rindu adalah abjad tak terbaca di atas padang sahara
pada masing-masing hati setiap pencinta.
aku hanya mengirimkannya sebuah kaktus.
ketika bulan tak muncul-muncul.

Yang Masih Tercecer

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 03 April 2009 | April 03, 2009


Ladang Puisi

-buat Tantri

terimakasih telah mencuri sekuntum puisiku di sebuah larut malam. tapi tidak usah mengembalikannya. cukuplah rinai-rinai hujan di matamu yang bunga.
yang bidadari. grafity di tembok kota. musik hingar di kamar kost. sejumput matahari yang diletakkan seseorang di muka pintu rumahmu. kertas-kertas lusuh yang urung jadi naskah. terimakasih buat gitar banjonya john lennon. pasti kamu masih menguber-uber salah satu manuskrip asli goresan tangan shakespeare. tapi kapan kau kabarkan lagi cerita tentang matamu yang bunga
? masih aku mengajakmu menanami ladang puisi yang dulu.


Bulukumba, Jumat 3 April 2009


Sajak Perjalanan Melayari Batu


Sajak Perjalanan Melayari Batu
-kepada adikku Nila

berangkatlah sebagai burung camar. ini hari adalah terdiri dari tiang-tiang kapal atau jangkar. kutahu kau terbiasa meludahi ombak yang sejak dulu menjadikan pelaut sebagai burung rajawali. sayapnya adalah bendera. dalam perjalanan melayari batu tak usah bersahabat dengan cuaca. pelaut-pelaut ulung akan selalu menemukan pulau. tak pernah jera ditenggelamkan waktu. sebagaimana apa kata badai. sebagaimana langit. sebagaimana cinta. sampai jumpa lagi di tengah jala atau laut sunyi.

Bulukumba, 05 Agustus 2006  



Sekali Waktu

sekali waktu aku ingin menjadi riak kecil di telaga matamu
sebab semestinya menurutku
tiada ketenangan utuh dalam pandanganmu
bukan pula keteguhan karang ketika hati kokoh
tertikam rasa sayang

sekali waktu aku adalah lelakimu saat engkau menjadi perempuanku
sebab semestinya menurut rindu, hidup harus dilanjutkan sepanjang
waktu
Bulukumba, hujan yang tak tercatat di 2006

Permulaan April

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 01 April 2009 | April 01, 2009



sunyi itu batu. di kotamu ia bersekutu dengan sejuta penyair.
ia gerimis yang kutemukan di lipatan tujuh puluh lembar halaman blogmu.
sunyi itu kaca. diam. tawa. bening dan kehujanan.
permulaan april. sunyi yang tepat
untuk belajar menulis. belajar mengeja
apa saja di waktumu.

Bulukumba, 1 April 2009

Solitude

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 31 Maret 2009 | Maret 31, 2009




padahal telah kutemukan sebuah taman bunga di pelupuk matanya. tepat di keningnya aku masih mengingat-ingat tentang ciuman yang belum lagi ranum. tapi dia adalah sebahagian dari lempengan mimpi. waktu yang membiarkan kami diam-diam menanami perjalanan dengan puisi-puisi yang belum sempat terbaca. cinta tak lagi sombong, tidak seperti ketika malam menetes-netes. tidak lagi sebagaimana pagi dulunya mengembun di muka jendela.

Bulukumba, 31 Maret 2009
 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday