Latest Post

Abdurrahman Al-Jami

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 05 September 2009 | September 05, 2009



Nuruddin Abdurrahman Al-Jami adalah satu di antara sejumlah penyair sufi dari negeri Persia. Lahir di Kharjad pada 1414 M (817 H) dan wafat di Heart pada 1492 M (898 H). Sebelum populer dengan sebutan Al-Jami, dia bergelar Ad-Dasyti, karena ayahnya, Nizamuddin, berasal dari Dasyt, dekat Kota Isfahan. Sejak berusia muda, Al-Jami sudah menunjukkan sifatnya yang istimewa. Ia mudah menguasai pelajaran yang diberikan kepadanya. Ia pandai berbicara dan berargumentasi. Salah satu di antara para ulama yang pernah menjadi guru atau pembimbingnya adalah Syekh Sa’aduddin Al-Kasygari, murid sekaligus Khalifah Syekh Bahaudiin Naqsyabandi. Berkat potensinya yang besar dan ketekunannya belajar dan menulis, ia berkembang menjadi sufi besar dan sekaligus menjadi penyair besar yang berpengetahuan luas.

Para sarjana masih bisa melihat kebesaran Al-Jami melalu karya-karya tulisnya yang menurut satu sumber berjumlah 46 buah, tapi menurut sumber lain tidak kurang dari 90 buah buku dan risalah. Kebanyakan karya tulisnya berbicara dalam bidang tasawuf, tapi bidang-bidang lain juga tidak luput dari perhatiannya. Ia menulis komentar tafsir atas sejumlah surah dalam Al-Qur’an, komentar terhadap 40 hadis dan hadis-hadis yang riwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghifari.
Bahwa hari-hari berlalu tanpa kita
Bunga-bunga akan mekar dan musim semi akan tiba
Musim panas, musim dingin, dan musim semi
Akan berlalu
Dan kita pasti akan menjadi tanah dan debu.


Syair-syair sufistik seperti salah satu syairnya diatas tersebar pada warisan berupa 81 buku tentang berbagai macam pokok bahasan. Diantaranya, koleksi puisi, uraian atas karya-karya Ibnu Arabi dan Haft Aurang, sebuah koleksi tujuh kisah dalam bentuk Matsnawi, kumpulan puisi. Dari ketujuh cerita itu yang paling terkenal adalah kisah Yusuf dan Zulaikha. Episode tentang penggodaan atas Yusuf, oleh istri majikannya yang bernama Zulaikha, menjadi kisah cinta yang sangat menyentuh.

referensi: Alkisah Nomor 19 / 12-25 September 2005

Menelusur Warahan: Sastra Tutur Lampung

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 04 September 2009 | September 04, 2009


Sastra Lampung sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, adalah salah satu yang telah menyempurnakan mozaik dan peta kesusastraan tanah air. 

Banyak sastrawan ternama berasal dari Lampung. Mungkin anda akrab dengan karya dan nama seperti penyair Iwan Nurdaya-Djafar Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana,Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo, dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama, Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata, dan Lupita Lukman. Cerpenis terkenal dari daerah ini adalah Dyah Merta dan M. Arman AZ.

Sastra Lampung dimulai sejak zaman purba di mana secara turun temurun berkembang puisi, teka-teki, sastra tutur dan lain-lain. Sastra tutur (lisan) yang juga dikenal dalam bentuk hikayat atau dongeng dipengaruhi oleh masuknya Islam dan kebudayaan Banten di Lampung. Yang banyak berkembang adalah sastra tutur jenis Wawaghahan (Warahan). Warahan yaitu cerita berirama. Ciri-ciri wawaghahan terlihat pada irama yang menyertai cerita tersebut, dan sifatnya liris (dipengaruhi pribadi dan emosi si pembawa cerita). 

Istilah Wawaghahan dikenal di Lampung Barat, sering kita dengar dari pembawa cerita (prosa) berirama, biasanya dibawakan oleh seorang nenek untuk cucu-cucunya, dengan irama sedemikian rupa, menaik dan menurun, menimbulkan kesan tertentu. Si pendengar akan terhanyut oleh irama yang mengiringi cerita yang disampaikan itu. Prosa berirama yang berasal dari daerah Liwa, misalnya, Si Cambai, dan Lindung Cumuk (= Belut Tercelup).

Warahan biasanya dilakukan pada saat sedang bekerja, seperti memetik cengkih atau menuai padi. Pada zaman dahulu, warahan dibawakan oleh orangtua ataupun kakek nenek dengan dikelilingi anak cucunya. Cerita rakyat berbentuk warahan ini, antara lain Radin Jambat, Anak Dalom, dan Sanghakhuk. Isi wawaghahan bersifat edukatif, menyadarkan semua orang agar berbuat baik, karena siapapun orangnya jika berbuat baik akan memperoleh ganjaran setimpal. Warahan terdapat dalam berbagai bentuk, antara lain dongeng, hikayat, epos, mitos.

Kisah Danau Ranau dan Sebuah Nama Ranau
Danau Ranau dan Sebuah Nama Ranau adalah salah satu bentuk dongeng dalam cerita rakyat Lampung yang sangat banyak, dongeng ada yang berbentuk legenda adapula yang berbentuk fabel. Kisah-kisah yang berbentuk legenda, antara lain Kisah Putri Petani yang Cerdik, Betung Sengawan, Incang-Incang Anak Kemang, Si Bungsu Tujuh Bersaudara, dan Berdirinya Keratuan Ratu Melinting dan Ratu Darah Putih.
Sedangkan dongeng yang berbentuk fabel, antara lain Dongeng Puyuh dan Kerbau dan Dongeng Merak dan Gagak.

Kisah Buay Selagai
Kisah Buay Selagai adalah cerita rakyat Lampung yang berbentuk hikayat, adapun kisah-kisah lainnya yang berbentuk hikayat, yaitu Kisah Si Raden dan si Batin, Si Luluk, Sekh Dapur, Sidang Belawan, dan Abdul Muluk Raja Hasbanan.

Radin Intan
Radin Intan adalah cerita rakyat Lampung yang berbentuk epos. Epos diyakini memiliki dasar cerita yang bersifat realita. Isinya menyangkut suatu peristiwa kepahlawanan yang benar-benar terjadi atau diyakini sebagai kebenaran yang pernah berlangsung di masa silam.
Epos yang terkenal dalam cerita rakyat Lampung adalah cerita kepahlawanan Radin Intan. Kisah ini diyakini nyata dan terdapat keturunan Radin Intan yang hidup sampai saat ini.

Cerita Si Pahit Lidah
Cerita Si Pahit Lidah adalah asalah jenis cerita rakyat Lampung yang berbentuk mitos. Mitos biasanya dihubungkan dengan cerita mengenai peristiwa gaib, kepercayaan masyarakat yang bersifat takhayul ataupun cerita mengenai kehidupan dewa-dewa. Kisah seperti ini ada dalam cerita rakyat suku Lampung, yaitu kisah Sukhai Cambai, Cerita Anak dalom, dan Raksasa Dua Bersaudara.
Warahan, dalam perkembangannya dari masa ke masa bernuansakan islam dalam hal inti dan pesan-pesan yang disampaikan dalam cerita.

referensi: Wikipedia Bahasa Indonesia

Gus Mus, Kiai Puisi

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 03 September 2009 | September 03, 2009


Gus Mus, termasuk kiai langka. Ia juga sekaligus penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim. Pernah dalam sebuah ceramah, hadirin meminta sang kiai membacakan puisi. Suasana hening. Gus Mus lalu membaca puisi pendeknya: “Tuhan, kami sangat sibuk. Sudah.” Gus Mus termasuk produktif menulis buku yang berbeda dengan buku para kyai di pesantren. Tahun 1979, ia bersama KH M. Sahal Mahfudz menerjemahkan buku ensiklopedia ijmak. Ia juga menyusun buku tasawuf berjudul Proses Kebahagiaan (1981). Selain itu, ia menyusun tiga buku tentang fikih yakni Pokok-Pokok Agama (1985), Saleh Ritual, Saleh Sosial (1990), dan Pesan Islam Sehari-hari (1992). Ia lalu menerbitkan buku tentang humor dan esai, “Doaku untuk Indonesia” dan “Ha Ha Hi Hi Anak Indonesia”. Buku yang berisi kumpulan humor sejak zaman Rasullah dan cerita-cerita lucu Indonesia.

Kiai ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. KH. A. Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus (lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944) adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Leteh Rembang. Ia juga penulis kolom yang sangat familiar di kalangan sastrawan.

Sejak masa remaja, saat masih nyantri di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia sering keluyuran ke rumah-rumah pelukis. Salah satunya bertandang ke rumah sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Ia seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Pameran lukisan Gus Mus pada tahun 1998, berupa 99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, digelar di Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Kiai bertubuh kurus berkacamata minus ini telah menulis ratusan sajak yang lau dihimpun dalam lima buku antologi puisi: Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (1994), dan Wekwekwek (1995). Selain itu ia juga menulis prosa yang dihimpun dalam buku Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia (1990).

Seperti kebanyakan kiai lainnya, Mustofa aktif berorganisasi, seperti di NU. Tahun 1970, sepulang belajar dari Mesir, ia menjadi salah satu pengurus NU Cabang Kabupaten Rembang. Kemudian, tahun 1977, ia menduduki jabatan Mustasyar, semacam Dewan Penasihat NU Wilayah Jawa Tengah. Pada Muktamar NU di Cipasung, Jawa Barat, tahun 1994, ia dipercaya menjadi Rais Syuriah PB NU.

Gus Mus, potret kiai langka di Indonesia. Bukan karena ia kiai yang perokok berat namun karena bisa dihitung dengan jari, kiai yang bisa menyamainya sebagai ulama sekaligus budayawan.



referensi: http://www.gusmus.net/page.php

Barzanji: Syair Kecintaan Kepada Rasulullah Saw

Posted By Ivan Kavalera on Rabu, 02 September 2009 | September 02, 2009


Berzanji atau Barzanji pada awalnya adalah murni karya sastra dalam bentuk syair. Barzanji berisi doa-doa, puji-pujian dan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw

Berzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul Allah, SWT. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.


Istilah Berzanji diambil dari nama pengarangnya yaitu Syekh Ja'far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim. Beliau kelahiran Madinah tahun 1690 dan wafat tahun 1766. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Pertama kali Barazanji dikenal dengan judul 'Iqd al-Jawahir (dalam Bahasa Arab, artinya kalung permata) yang disusun untuk mengekspresikan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam perkembangannya kemudian lebih terkenal dan identik dengan nama penulisnya.


Di masjid-masjid perkampungan di Indonesia, biasanya orang-orang duduk bersimpuh melingkar. Lalu seseorang membacakan Berzanji, yang pada bagian tertentu disahuti oleh jemaah lainnya secara bersamaan. Di tengah lingkaran terdapat nasi tumpeng dan makanan kecil lainnya yang dibuat warga setempat secara gotong-royong. Terdapat adat sebagian masyarakat, dimana pembacaan Berzanji juga dilakukan bersamaan dengan dipindah-pindahkannya bayi yang baru dicukur selama satu putaran dalam lingkaran. Sementara baju atau kain orang-orang yang sudah memegang bayi tersebut, kemudian diberi semprotan atau tetesan minyak wangi atau olesan bedak. Beragam adat lainnya di tanah air menampilkan pembacaan Barzanji secara berbeda.

referensi: Al Barzanjie, Syaikh Ja'far.



THE ETERNAL BLOGGER

Lagi-lagi award. Kali ini award yang sama dari sahabat-sahabat tercinta pemilik F2 (Blog kolaborasi dua penulis hebat: mbak Fanny dan mbak Fanda) dan dari mbak Reni. Terimakasih banyak ya. Persahabatan ini tak akan pernah terputus. Sukses untuk blogger Indonesia. Amin ya Rabbal Alamin.

Kini giliran saya untuk mempersembahakan award ini kepada sahabat-sahabat tercinta yang lain, yaitu:


Harap diboyong ya. Semoga tali ukhuwah dan silaturahmi di antara kita semua tak akan pernah lekang oleh waktu. Salam damai dan cinta.

Blogger Indonesia Award

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 01 September 2009 | September 01, 2009




Indonesia bisa saja ribut oleh pertikaian di sana sini. Indonesia bisa saja berurai airmata akibat bencana beruntun di setiap sudut. Indonesia bisa saja dihina oleh bangsa lain yang merupakan antek neo-kolonialisme. Namun anak-anak bangsa harus tetap berdaya. Sebagai blogger, kita tunjukkan kepada dunia melalui dunia maya, bahwa bangsa kita bisa. "Orang-orang harus dibangunkan, kenyataan harus dikabarkan.."(puisi WS Rendra: Kesaksian)

Blogger Indonesia Award ini diberikan oleh sahabat saya, mas Doyok. Terimakasih mas. Persahabatan ini takkan pernah putus. Award ini mempunyai arti yang mendalam sebagai rasa peduli terhadap bangsa. Yang menerima award adalah sobat-sobatku tercinta di bawah ini (maaf jika saya tidak tahu yang mana saja yang belum maupun yang sudah menerima award yang sama)

1. F2 (Fanny dan Fanda)
2. Elly Suryani
3. Musa Manurung
4. Lovers
5. Setiawan Dirgantara
6. Buwel
7. Latifah Hizboel
8. Bocah Pemimpi
9. yans "dalamjeda"
10.Tisti Rabbani


tanah ini
mungkin hanya adalah sesobek dari buku harian kita

adalah merah putih yang kita kibarkan setiap hari
meski mungkin cuma kadang dalam hati
di sini
kita telah lama belajar untuk saling mencintai
mengerti
dan banyak mencari...


Nah tugasnya mudah:
1. Buat puisi singkat atau kata-kata atau pesan, pokoknya mengenai Indonesia sebagai bukti kecintaan pada negeri ini....
2. Bagikan ke 10 teman yang lain, para blogger tanah air yang senantiasa memiliki dedikasi dan peduli terhadap segala aset dan budaya bangsa.

Puisi Jalaluddin Rumi

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 31 Agustus 2009 | Agustus 31, 2009


Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?"

Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."
Ia berkata, "Kenapa kau ke mari?"
Aku berkata, "Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti."
Ia berkata, "Berapa lama kau bisa bertahan?"
Aku berkata, "Sampai ada panggilan."
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, "Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan."
Aku berkata, "Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku."
Ia berkata, "Saksi tidak sah, matamu juling."
Aku berkata, "Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa."
Pusi naratif di atas hanyalah salah satu butir pemaknaannya yang sempat tertinggal sampai hari ini. Dia menjadi seorang pendoa yang fasih, penyair yang mengerti makna-makna semesta casualitas hubungan Ilahi dengan dirinya sebagai manusia. Lalu dia berpuisi sambil berdoa. Sebab dengan puisi dia sesungguhnya telah berdoa. 


Dengan doa, sebenarnya dia telah melayang setinggi-tingginya dalam makrifat puitika, estetika Keilahian. Puisi-puisi Jalaluddin Rumi, penyair sufi itu, telah melabrak batas-batas pemaknaan yang memang layak untuk dilabrak. Lautan makna, lautan makrifat dalam doa, dalam puisi. Rumi, dia menjadi abadi dan guru bagi siapapun yang ingin ikut berenang dan menyelam ke dalam samudera pencaharian tentang-Nya secara nyata. Lalu kusebut dia Jalaludin Rumi, mistikus cinta di langit zaman.

Syair Rabi'ah Al Adawiyah

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 30 Agustus 2009 | Agustus 30, 2009


Perempuan sufi itu telah memutuskan untuk setia mengepakkan sayap-sayap cinta kepada-Nya. Rabi'ah Al Adawiah, perempuan yang telah menetapkan cinta hanya kepada-Nya. Tanpa airmata, tanpa kesedihan. Setiap lekuk rasa di jiwanya menerbangkan bergumpal-gumpal rindu membumbung tinggi ke aras-Nya. Kebahagiaan yang sempurna adalah cinta yang sempurna. Cinta yang sempurna adalah cinta kepada-Nya. Dan Perempuan sufi itu menyempurnakannya. Syair-syairnya dilesakkan ke langit cinta untuk menjadi kekasih-Nya.

Syair Rabi'ah Al Adawiyah

Syair ke-1 s/d ke-9

1
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu
Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malampun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau Terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau Tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-Mua
Inilah yang akan selalu ku lakukan
Selama Kau Beri aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu,
Andai Kau Usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu

2
Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku

3
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku

4
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakana
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki

5
Aku mencintaiMu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diriMu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingatMu
Cinta karena diriMu, adalah keadaanMu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
BagiMu pujian untuk semua itu

6
Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang kehadiratMu
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau

7
Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mauMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua birahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu

8
Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahasia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan karunia atas doaku
Memahkotaiku, hingga enyahlah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan karunia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”

9
Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
O, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau bikin dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika akku telah memenuhiMu
O, rindu hatiku, aku pun bahagia



Melacak Seni Rupa Islam

Posted By Ivan Kavalera on Sabtu, 29 Agustus 2009 | Agustus 29, 2009


Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling sering dipilih untuk menggelar karya seni rupa seperti kaligrafi dan berbagai seni Islami. Bulan Ramadhan tahun ini mungkin juga masih menjadi arena para kaligrafer memajang karyanya. 


Indonesia sebenarnya sudah sejak lama mengenal kaligrafi meski pada awalnya kaligrafi hanya sebatas ornamen arsitektur masjid dan makam. Bisa dihitung dengan jari para seniman seni rupa yang pernah sempat meamsuki ranah ini. Salah satunya adalah pelukis Affandi. 

Para pelukis yang mempelopori kaligrafi lukis adalah Prof. Ahmad Sadali (Bandung asal Garut), Prof. AD. Pirous (Bandung, asal Aceh), Drs. H. Amri Yahya (Yogyakarta, asal Palembang), dan H. Amang Rahman (Surabaya). Mereka membawa pembaharuan bentuk-bentuk huruf dengan dasar-dasar anatomi yang menjauhkannya dari kaedah-kaedah aslinya, atau menawarkan pola baru dalam tata cara mendesain huruf-huruf yang berlainan dari pola yang telah dibakukan dari pakem semula.

Sejak awal abad ke-14 kaligrafi telah menjadi medium yang paling penting dalam kesenian Arab dan budaya Islam. Kaligrafi sendiri berkembang dari gaya penulisan Arab dalam dua jenis, kursif dan kufik. Gaya kufik adalah penulisan yang kering, sedang kursif bergaya campuran. Keduanya sudah ada jauh sebelum Islam. Baru setelah Islam di bawah Umayah dan Abbasiyah, penulisan ini bermuatan religius dan berfungsi dakwah. Abu Ali Muhammad Ibnu Muqlah (wafat 940) menjadi kaligrafer di Baghdad pada abad awal. Abu Ali kemudian mengembangkan penulisan pertama dengan aturan proporsional yang ketat dan standar.

Kota Kufah berdiri di Irak di tahun 641 M. Salah satu kesenian yang berkembang adalah penulisan Kaligrafi dalam gaya yang lebih indah dan elegan yang dikenal sebagai Kufik atau Kufi. Kufi awal berupa tulisan Arab standar yang biasa dijumpai dalam buku Al Quran. 

Pada perkembangannya muncul Kufi Timur. Gaya ini bercirikan pada kecenderungan untuk membentuk belah ketupat, menekankan aspek geometris, dan lebih rigit. Gaya ini umumnya untuk buku kaligrafi daripada arsitektural, tapi sangat populer pada keramik. Kufi Berdaun memanfaatkan goresan tebal dengan ujung-ujung berbentuk kerucut kecil seperti ornamen daun-daunan. Ornamen ini ditambahkan pada lingkaran goresan. Gaya ini menjadi gaya paling populer pada inskripsi arsitektural sejak abad ke-10.

Kufi Terjalin mirip dengan kufi berdaun dengan garis-garis vertikal yang ditarik tinggi dan saling dikawinkan pada dua garis berdekatan oleh sebuah pola bunga. Gaya ini berkembang di abad 11 dan banyak memodifikasi bentuk ornamen. Komposisi kaligrafi kemudian menjadi lebih kompleks. Kufi Persegi adalah gaya kufi yang sederhana, hanya mengobah kufi standar ke dalam bentuk persegi-segi, sehingga terkesan kaku dan tegas. Gaya yang berkembang di abad 13 dan 14 ini bertentangan dengan tren yang sedang berkembang kala itu yang lebih kompleks. Gaya ini paling mempengaruhi seni arsitektur dunia hingga kini.
referensi: celoteh seorang mahasiswa Seni Rupa UNM Makassar

AWARD FRIENDSHIP

Kemarin saya mendapatkan award dari seorang sahabat. Namanya Lovers. Award ini dari PRAS2009 GUBUKBLEKENYEK kemudian ke blog sahabat JOKER Kemudian sampai ke LOVE IS BEAUTY lalu Lovers memberinya kepada saya. Terimakasih banyak ya, sobat. Buat sahabat yang saya beri Award diharap untuk mengambilnya.

Cara mengambil awardnya:

1. Buat post semacam ini.
2. Memasukan link blog orang yang memberi award.
3. Buat teman-teman yang belum follow silakan di follow dulu.
4. Copy paste gambar award ini

Award ini saya berikan lagi kepada tiga orang sahabat:
A-Choy
Mas Suro,danMantan Copet

Harap diambil ya.....

Tag

Posted By Ivan Kavalera on Jumat, 28 Agustus 2009 | Agustus 28, 2009


Alhamdulillah. Akhirnya kelar juga PR dari mbak Latifah Hizboel. Terimakasih ya mbak. Semoga persahabatan ini semakin erat. Meski terjepit di antara timpukan tugas-tugas tapi akhirnya berhasil juga dirampungkan. PR itu berupa Tag persahabatan, sebagai berikut:

Mari kita ikat persahabatan ini dengan hati ...

1. Anda rasa anda hot?
:Ya, tapi kadang, he he..sesuai mood kalee..

2. Upload gambar kesayangan anda!

3. Kenape anda suka gambar ini?
..dia lucu banget..dan kematiannya sungguh adalah inspirasi bagi pamannya.

4. Bila kali terakhir anda makan pizza?
Jujur, saya tidak pernah makan Pizza sebab tidak pernah ada niat untuk mencicipi ha ha tapi kalo ada yang traktir, kenapa tidak ho ho ho..

5. Lagu terakhir yang anda dengar?
Dia Maha Sempurna oleh Ungu Band. Baru saja tuh lagu diputar oleh teman yang lagi siaran.

6. Apa yang anda buat sambil selesaikan tag ini?
Sambil dengerin lagu-lagu religi

7. Selain dari nama anda sendiri, anda suka dipanggil dengan nama apa?
:Igo (Ivan Jenggot) he he..

8. Anda seorang yang:
:sederhana tapi periang
9. Lagu kesukaan
:Kesaksian (Iwan Fals)

10. Best food kesukaan anda
:Es pisang Ijo, pallu butung Makassar dan pisang goreng nyam..nyam uenak rek..

11.Sikap yang membuatkan anda stress
:lama gak ketemu orang yang dirindukan he he..

12. Benda yang harus ada di tas anda
:sebuah buku harian yang sudah agak lusuh

13. Fav Colour

Hitam, entah kenapa kok saya suka ya warna ini.

14. Tag lagi 6 orang tanpa rasa kekesalan (yg kesel tuh org yang nge-TAG or yg di-TAG yah) he he siapa ya...

Yanuar Catur Rastafara, kang Jaiman, Dinoe, A-Chen, Itik Bali, dan Joni

Soal tambahan:
15. Keinginan yang belum tercapai
: menikah dengan seorang perempuan salehah
16. Kamu pingin tinggal di kota mana
: di mana saja, yg penting tetap damai

Goong Renteng, Warisan Sunan Gunung Djati dan Sunan Bonang

Posted By Ivan Kavalera on Kamis, 27 Agustus 2009 | Agustus 27, 2009


Jika Sunan Kalijaga menggunakan seni wayang sebagai salah satu alat dakwah maka Sunan Gunung Djati memanfaatkan kesenian Goong Renteng yang diciptakan oleh sahabatnya, yaitu Sunan Bonang pada sekitar tahun 1600 M. Hingga kini Goong Renteng masih dapat dinikmati pada acara sakral, misalnya pada acara memperingati hari besar agama Islam. Salah satu seni tradisional peninggalan seni budaya Islam ini sudah sangat langka.

Goong Renteng merupakan salah satu jenis gamelan khas masyarakat Sunda yang sudah cukup tua. Paling tidak, Goong Renteng sudah dikenal sejak abad ke-16, dan tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat. Goong renteng dapat ditemukan di Cileunyi dan Cikebo Sumedang, Lebakwang Bandung, dan Keraton Kanoman Cirebon.

Sesuai tradisi Goong Renteng biasanya ditabuh setelah perangkat gamelan itu dibersihkan, misalnya ketika digunakan untuk memeriahkan acara Muludan (peringatan hari lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad s.a.w.) dan acara ngebakan (memandikan; membersihkan) pusaka-pusaka pada setiap tanggal 12 Mulud. Goong Renteng, sayang sekali tidak banyak yang mengenal saalh satu seni budaya Islam ini.

sumber: -seorang sahabat di Cirebon
-Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.

Kontribusi Sastra Islam Terhadap Sastra Dunia

Posted By Ivan Kavalera on Selasa, 25 Agustus 2009 | Agustus 25, 2009


Sastra Arab memasuki episode baru sejak agama Islam diturunkan di Jazirah Arab yang ajarannya disampaikan melalui Alquran. Kitab suci umat Islam itu telah memberi pengaruh yang amat besar dan signifikan terhadap bahasa Arab. Bahkan, Alquran tak hanya memberi pengaruh terhadap sastra Arab, namun juga terhadap kebudayaan secara keseluruhan. Sebagian orang menyebut Alquran sebagai karya sastra terbesar. Namun, sebagian kalangan tidak mendudukan Alquran sebagai karya sastra, dengan asumsi karena merupakan firman Allah SWT yang tak bisa disamakan dengan karya manusia. Teks penting lainnya dalam agama Islam adalah hadits atau sunnah.
Sastra Arab jahiliah memiliki ciri-ciri yang umumnya yang menggambarkan suatu kebanggaan terhadap diri sendiri (suku), keturunan, dan cara hidup. Sastra Arab atau Al- Adab Al-Arabi tampil dalam beragam bentuk prosa, fiksi, drama, dan puisi. Sastra Arab menjadi salah satu embrio ikon peradaban islam di bidang sastra. Sastra menempati posisi penting dalam sejarah peradaban Islam. Sejarah sastra Islam dan sastra Islami tak lepas dari perkembangan sastra Arab. Sebab, bahasa Arab merupakan bahasa suci Islam dan Alquran. Bahasa Arab dalam bentuk klasiknya atau bentuk Qurani mampu memenuhi kebutuhan religius, sastra, artistik dan bentuk formal lainnya.
Sastra Arab mulai berkembang sejak abad ke-6 M, ketika masyarakat Arab masih berada dalam peradaban jahiliyah. Dikenal ada dua karya sastra penting yang terkemuka yang ditulis sastrawan Arab di era pra-Islam. Keduanya adalah Mu’allaqat dan Mufaddaliyat.
Jejak dan perjalanan hidup Muhammad SAW yang begitu memukau dunia juga telah mendorong para sastrawan Muslim untuk mengabadikannya dalam sebuah biografi yang dikenal sebagai Al-Sirah Al-Nabawiyyah. Sarjana Muslim yang pertama kali menulis sejarah hidup Nabi Muhammad adalah Wahab bin Munabbih. Namun, Al-Sirah Al-Nabawiyyah yang paling populer ditulis oleh Muhammad bin Ishaq.
Sejarah mencatat, sastra sangat berkembang pesat di era keemasan Islam. Di masa kekhalifahan Islam berjaya, sastra mendapat perhatian yang amat besar dari para penguasa Muslim. Pada era itu, masyarakat Muslim sudah gemar membacakan puisi dengan diiringi musik. Pada zaman itu, puisi masih sederhana. Puisi Arab yang kompleks dan panjang disederhanakan menjadi lebih pendek dan dapat disesuaikan dengan musik. Sehingga puisi dan musik pada masa itu seperti dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan.
Sastra makin tumbuh di era kekuasaan Daulah Abbasiyah - yang berkuasa di Baghdad pada abad ke-8 M. Masa keemasan kebudayaan Islam serta perniagaan terjadi pada saat Khalifah Harun Ar-Rasyid dan puteranya Al-Ma’mun berkuasa. Pada era itu, prosa Arab mulai menempati tempat yang terhormat dan berdampingan dengan puisi. Puisi sekuler dan puisi keagamaan juga tumbuh beriringan.
Para sastrawan di era kejayaan Abbasiyah turut mempengaruhi perkembangan sastra di Eropa era Renaisans. Salah seorang sastrawan yang melahirkan prosa-prosa jenius pada masa itu bernama Abu ‘Uthman ‘Umar bin Bahr al- Jahiz (776 M - 869 M) - cucu seorang budak berkulit hitam. Karya terkemuka Al-Jahiz adalah Kitab al-Hayawan, atau ‘Buku tentang Binatang’ sebuah antologi anekdot-anekdot binatang - yang menyajikan kisah fiksi dan non-fiksi. Selain itu, karya lainnya yang sangat populer adalah Kitab al-Bukhala.
referensi: Poaseos Asiaticae Commen tarii Libri Sex (1774 M) oleh William Jones (1746 M -1794 M)

Hasan bin Tsabit Sang Penyair Jihad

Posted By Ivan Kavalera on Senin, 24 Agustus 2009 | Agustus 24, 2009


Islam dan sastra di setiap zaman selalu memiliki hubungan unik. Di satu sisi, kesusastraan Islam berfungsi sebagai salah satu alat dakwah bahkan sebagai alat jihad. Di sisi lain, sastra dapat menjadi musuh Islam ketika karya sastra muncul sebagai penghujat dan penghina Islam. 

Di zaman Rasulullah Saw, syair tak saja memiliki fungsi sebagai karya sastra tetapi juga sebagai pembela dan pengobar semangat. Sudah menjadi tradisi bangsa Arab zaman dahulu untuk memiliki seorang penyair hebat. Para penyair menjadi lidah suatu kabilah, syair-syair yang dilantunkannya memberi pembelaan terhadap serangan kabilah yang lain yang menghina dan mencela kabilahnya. Bahkan dinding kabbah menjadi saksi ratusan syair-syair yang ditempelkan oleh berbagai suku di tanah Arab. Dalam waktu tertentu, ribuan orang berdatangan untuk membaca syair-syair di dinding kabbah. Tradisi kesusastraan Islam yang diawali oleh kebiasaan bangsa Arab dapat menjadi penangkal klaim budaya oleh bangsa maupun agama lain.

Hassan bin Tsabit adalah salah seorang sahabat Rasulullah, Saw. Dalam sejarah, Hasan bin Tsabit tidak terlibat di medan perang, tapi 'hanya' berjihad dengan lisan dan tulisan. Nabi ridha kepadanya dan malaikat jibril mendukungnya. Syair-syair Hasan bin Tsabit membangkitkan semangat juang para mujahid. Rasulullah saw menempatkan beliau sesuai kapasitas dan potensinya. Sangat luar biasa . Syair-syair yang ditulis Hassan itu termasuk bagian dari jihadnya, yang boleh jadi bisa dikatakan sebagai sarana jihad. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang mempersiapkan kendaraan orang untuk berperang, berarti ia telah berparang." (HR.Bukhari dan Muslim). Rasulullah mengangkat Hasan bin Tsabit secara resmi sebagai penyair islam.


Hasan bin Tsabit sangat dibanggakan oleh Rasulullah karena syair-syair yang diciptakannya mampu menangkis hinaan dan celaan orang-orang Quraisy. Ketika orang-orang Quraisy melantunkan syair yang bernada penghinaan kepada Rasulullah maka Hasan bin Tsabit tampil membuat syair balasan. Bagaikan tombak yang merobek jantung, syair Hasan bin Tsabit membuat orang-orang Quraisy terdiam membisu karena tak sanggup membuat syair tandingannya. Ketika Rasulullah dihina, Hasan bin Tsabit mengatakan:

Kamu menghina Muhammad maka aku membelanya
Dan di sisi Allah-lah balasan dari semua itu
Kamu menghina Muhammad yang baik lagi bertakwa
Seorang utusan Allah yang selalu menepati janji
Sesungguhnya bapakku, ibuku, dan kehormatanku
Adalah pelindung bagi kehormatan Muhammad dari kalian

Selain Hasan bin Tsabit juga dikenal penyair Islam lainnya seperti Kaab bin Malik dan Kaab bin Zuhair yang syair-syairnya juga membela dan memuji Rasulullah. Kaab bin Malik terkenal dengan kejujurannya dan rasa penyesalan yang sangat atas kelalaiannya tidak mengikuti perang Tabuk karena lebih mementingkan dunia. Sedangkan Kaab bin Zuhair terkenal dengan syair puji-pujian dan salah satu syairnya berjudul Burdah menjadi nama syair pujian kepada Rasulullah Saw sampai sekarang. Penyair lainnya seperti Abdullah Ibnu Rawahah, panglima perang pasukan Islam yang juga seorang penyair. Saat pasukan Islam meninggalkan Madinah untuk berperang, ia berdiri tegak dan mengucap syairnya:

Yang kupinta kepada Allah Yang Maha Rahman,
Keampunan dan kemenangan di medan perang,
Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan,
Bertekuk lututnya angkatan perang syetan,
Akhirnya aku tersungkur memenuhi harapan,
Mati syahid di medan perang!

referensi: Wikipedia Bahasa Indonesia

Menelusuri Peninggalan Seni Budaya Islam

Posted By Ivan Kavalera on Minggu, 23 Agustus 2009 | Agustus 23, 2009


Alhamdulillah, akhirnya bisa posting lagi meski jaringan internet agak kacau selama beberapa hari. Tapi saya yakin itu adalah juga ujian bagi kesabaran saya sebagai blogger yang sedang berpuasa. Semoga ada hikmah dan berkahnya. Amin. Itu semua harus disyukuri tanpa harus menggerutu. Sebagai bentuk kesyukuran dan sekaligus oleh-oleh setelah kembali dari pulang kampung, kali ini saya posting secuil dari jejak sejarah islam di Indonesia dilihat dari bukti peninggalan seni budaya.

Jejak-jejak sejarah Islam di Indonesia menempatkan bukti arkeologis, salah satunya karya seni yang mendukung eksistensi Islam di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis dapat dilihat pada budaya dan tradisi yang telah lama hidup dan berkembang di tengah masyarakat semenjak puluhan abad lampau. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam dapat kita temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid, makam) dan seni.

Berbagai bentuk karya seni Islam meliputi seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab gundul).

Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi.
Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.

Di Bidang sastra, seniman muslim menghasilkan karya sastra berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab. Syair banyak ditulis oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang terkenal adalah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir.Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.

Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering dikaitkan dengan tokoh sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain, Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam. Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan Islam berupa suluk antara lain Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa, Suluk Syarab al Asyiqin, dan Suluk Malang Sumirang.

Babad adalah cerita sejarah yang banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang di luar nalar. Peninggalan Islam berupa babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin), Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti. Kitab-kitab peninggalan Islam yang sangat terkenal antara lain Kitab Manik Maya, Us-Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti, serta Sastra Gending karya Sultan Agung.

 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday