Latest Post

"Butterfly", A Novel Written in Eight Days by Thirteen Years Old Indonesian Girl

Posted By Redaksi on Selasa, 28 Juli 2020 | Juli 28, 2020



SastraKecil.Space, Bulukumba - She is Nayla Putri Humaira. Thirteen years old girl from Salassae,Bulukumpa district, Bulukumba regency, South Sulawesi, is still studying in junior high school.

The daughter of the couple Mr. Asriand Miss Leha writes her first novel titled “Butterfly.”

Her hobby is writing. The covid- 19 pandemic period gives time for this nine grade students of junior high school to finish her first novel in eight days.

“During the holiday, I take the chance to write. And AlhamdulillahI have finished and published my novel” said the girl that was born in 2006.

Because of limited published, this “Butterfly” novel by Nayla will be marketed in a certain place. And then the sales profits will be used to financeNayla’s education.

Now, the Butterfly novel can be ordered, and only eighty exemplars are available. “In addition, people my order the novel in whatsapp by clicking the link http://wa.me/6285242201522. Hopefully God wiling” said Nayla.

The Butterfly novel tells the story of the struggle of fatherraisinghis child.  “Especially for parents, give your children loves without distinguishing one another. When they did something wrong, scold them in a good way. Children are graces from the God and not everyone can have child” said Naila that tells a little about her novel.

Nayla said that she is inspired by somewell known writers in Indonesia, one of the famous writer, TereLiye. Nayla also read the other books of the famous writer that become her private book collection.

Further more, Nayla tells that she has written many short stories. Because of limited publishing costs Nayla never publish her work. The writing is put in a neat place until it published.

The vice regent of Bulukumba, TomySatriaYulianto, asks to meet with Nayla in government office on Monday, July 22th, 2020. Proves that he notice Nayla’s work and wants to give her a big appreciation.

Thebespectacled vice regent gives praise and respect for Nayla. “Her talent that showed since junior high school should be rehearsed. She should be guided to become a nationalreliable writer-famous writer.  Nayla, keep up your skill. We need someone like you. We will help and guide you,” said TomySatria.

Hence, TomySatriagives an appreciation for Nayla by paying the publishing cost of Butterfly Novel. He hopes that the sales result can be used to continue Nayla’s education in the next level and rehearse her writing skill.

“The Nayla writing virusis hopefully become a pandemic for the next generation in Bulukumba. Then, the next leader in a district should be a writer so that he/she can strengthen his/her leadership story” Said TomySatria.(*)

Editor: Nur Alang

Ikuti Lomba Cerita Budaya Desaku dari Kemendikbud

Posted By Redaksi on Sabtu, 25 Juli 2020 | Juli 25, 2020

 Desa dan budaya, dua kata yang selalu bagai dua sisi pada sebuah uang logam. Di sana terdapat entitas yang sekaligus identitas.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menggelar Lomba Cerita Budaya Desaku.

Dilansir dari laman desabudaya.kemdikbud.go.id, Jumat (24/7/2020), karya terpilih akan mendapatkan dana pemberdayaan masing-masing senilai Rp. 50.000.000. Karya terbaik dari 30 karya terpilih akan mendapat hadiah tambahan berdasarkan kategori narasi, foto, dan video terbaik.

 
Lomba Cerita Budaya Desaku ini merupakan lomba dalam bentuk tulisan narasi yang dilengkapi dengan foto dan video berisi tentang potensi budaya yang dimiliki oleh masing-masing desa.

Mengusung tema "Potensi Budaya Desaku dan Pengembangannya", dengan Persyaratan Peserta sebagai berikut:

  1. Warga Negara Indonesia
  2. Komunitas atau kelompok yang ada di Desa
  3. Berdomisili di desa setempat
  4. Satu desa diwakili oleh satu komunitas/kelompok
  5. Melampirkan surat izin/rekomendasi dari Kepala Desa
  6. Beranggotakan minimal 3 orang.

Karya Lomba Berupa narasi, foto, dan video tentang desa. Adapun substansi karya, keseluruhan karya menceritakan:

  1. Potensi budaya desa (sejarah/identitas, Objek Pemajuan Kebudayaan, dan Cagar Budaya).
  2. Pengelolaan budaya desa di masa sekarang.
  3. Pewarisan budaya desa bagi generasi penerus.

Ketentuan Karya secara umum:

  1. Karya orisinal dan bukan hasil plagiarisme dari sumber buku, artikel, atau naskah, baik yang berasal dari konten daring maupun luring.
  2. Konten bebas dari hal-hal yang mengandung disinformasi, ujaran kebencian, isu suku, agama, ras, dan antargolongan, serta pornografi.
  3. Konten belum pernah diperlombakan di dalam kompetisi lain maupun dipublikasikan di media sosial atau media massa.
  4. Panitia penyelenggara berhak atas pemanfaatan karya di kemudian hari
  5. Karya yang tidak sesuai ketentuan dan persyaratan tidak akan diikutsertakan dalam penjurian.
  6. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.
Ketentuan Teknis untuk narasi, foto, dan video:
  1. Narasi berupa teks maksimal 3500 kata.
  2. Narasi dikirimkan melalui laman khusus lomba ini.
  3. Foto wajib disertakan sebagai pelengkap narasi dengan ketentuan maksimal 10 disertai dengan keterangan (caption).
  4. Foto merupakan file digital dalam bentuk JPEG yang dapat diambil menggunakan kamera profesional maupun kamera ponsel pintar dengan ukuran file maksimal 2MB.
  5. Foto merupakan hasil karya sendiri. (diperbolehkan mencantumkan foto yang berasal dari arsip daerah jika karya berkaitan dengan sejarah desa dengan tetap mencantumkan sumber foto yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan)
  6. Video wajib diunggah di akun Youtube peserta dengan kualitas HD 1280 x 720 (720p). Panitia hanya menerima tautan youtube melalui laman khusus lomba ini.
  7. Video dapat dibuat menggunakan kamera profesional maupun kamera ponsel pintar dengan durasi maksimal 10 menit.
  8. Apabila ada percakapan dalam video yang menggunakan bahasa daerah disertakan teks terjemahan dalam bahasa Indonesia.
  9. Video yang diunggah wajib menggunakan judul “Cerita Budaya Desaku: (Nama Desa)”
  10. Peserta wajib mencantumkan tagar#ceritabudayadesaku, #budayasaya, dan #budayamaju pada deskripsi video di Youtube.
  11. Penggunaan musik di dalam video tidak melanggar Hak Kekayaan Intelektual, bebas royalti dan diutamakan menggunakan musik daerah setempat.

Kriteria Penilaian

  1. Substansi narasi, foto, dan video
  2. Karya dapat memberikan inspirasi untuk pemajuan budaya desa
  3. Alur penyampaian
  4. Bahasa dan ejaan
  5. Kreativitas Karya

Waktu Pelaksanaan, Pengiriman Karya pada 8 Agustus – 10 September 2020. Seleksi Administrasi 10 – 20 September 2020. Penjurian 10 – 30 September 2020. Pengumuman 1 Oktober 2020.

Untuk pengiriman karya, Panitia hanya menerima karya yang dikirimkan melalui web khusus lomba yang terdapat di laman desabudaya.kemdikbud.go.id. Pemenang Lomba akan diumumkan juga melalui laman yang sama.(*)

Editor: Alfian Nawawi

Cerita Ceria Duta Baca Sulsel di Taman Baca Tanjung Kahayya

Posted By Redaksi on Kamis, 23 Juli 2020 | Juli 23, 2020

Saban tanggal 23 Juli adalah "harinya" anak-anak Indonesia. Ya, Hari Anak Nasional. Banyak keseruan tercipta sepanjang hari ini di seantero Nusantara. Salah satunya di  Kampung Zakat Desa Kahayya, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Kamis (23/7/2020).

Memperingati Hari Anak Nasional, Sahabat ZCD bersama Duta Baca Provinsi Sulawesi Selatan melakukan kunjungan dan kegiatan di  Taman Baca Tanjung binaan ZCD BAZNAS di Desa Kahayya.

Desa Kahayya merupakan Kampung Zakat inisiasi Kementerian Agama RI bersama BAZNAS dan LAZ melalui pemberdayaan masyarakat berbasis zakat.

Basmawati Haris, Sahabat ZCD Kampung Zakat Kahayya mengungkapkan, berbagai keseruan tercipta dalam kegiatan ini.

"Ada cerita ceria, games, berbagi donasi buku, dan cemilan untuk anak-anak. Tentu saja anak-anak senang mendapatkan cemilan gratis." tutur Basma.

Sekitar 30-an anak-anak diedukasi untuk terus gemar membaca buku, berdoa sebelum melakukan aktivitas, dan belajar untuk memiliki cita-cita. Kegiatan berlanjut dengan sesi lomba menghafalkan doa-doa pilihan sehari-hari. Satu persatu mereka tampil di depan teman-temannya.

Hadirnya Mobil Perpustakaan Keliling Provinsi Sulawesi Selatan kian menyemarakkan kegiatan. anak-anak langsung berkerumun. Mobil Perpustakaan tersebut menyediakan ratusan judul buku yang dapat dipinjam oleh anak-anak.(*)

 


BAK Terbitkan Buku "Menginspirasi dari Lorong"

SastraKecil.Space, Makassar - Penggagas dan Motivator perpustakaan lorong kota Makassar, Bachtiar Adnan Kusuma (BAK) kembali menulis dan menerbitkan Buku Inspirasi dan motivasi. Judulnya ”Menginspirasi dari Lorong”. diterbitkan oleh Yapensi dan Forum Perpustakaan Lorong Desa Sulsel, dan LPM Parangtambung. Diterbitkan dalam rangka Festival Perpustakaan Lorong 2020 dan Milad ke 50 Tahun BAK, Oktober 2020

BAK adalah ketua LPM Terbaik 1 Kota Makassar 2017. Bukunya kali ini  berkisah tentang awal mula menggagas dan merintis perpustakaan lorong Parangtambung bersama LPM, RT, RW, BKM dan KKN Unhas Angkatan 96 pada 2016 akhir di Parangtambung.

Bukunya yang teranyar ini juga berisi kiat sukses membangun budaya baca. Pun menarasikan kisah-kisah dunia relawan perpustakaan lorong, menggengam dunia dengan membaca, bagaimana mengelola perpustakaan lorong, dan 14 langkah menumbuhkan kebiasaan membaca.

Buku-buku yang ditulis BAK sebelumnya, di antaranya:13 Langkah Menumbuhkan Kebiasaan Membaca, 17 Jurus Membaca Ala SYL, Mengikat Makna Lewat Membaca, Berburu Buku ke Negeri Tetangga, Malaikatku Cinta Membaca, Panduan Praktik Penyuntingan Buku, dan Hudayah dari Tanah Haram.(*)

Editor: Alfian Nawawi

Guru dan Siswa TK Pertiwi, Belajar dari Rumah dan Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Posted By Redaksi on Rabu, 22 Juli 2020 | Juli 22, 2020

Orang-orang  hebat bisa melahirkan berbagai karya bermutu. Tapi guru bermutu bisa melahirkan ribuan orang hebat. Dalam kondisi apapun, para guru tetap hadir untuk murid-muridnya.

Dalam masa pandemi, guru-guru di seantero tanah air menjadi akrab dengan pola mengajar daring atau dalam jaringan internet  maupun luring.atau luar jaringan seperti mengajar siswa di rumahnya.

Seperti yang dilakukan oleh Nur Janni, salah seorang guru TK Pertiwi di Kelurahan Tanete, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Lantaran beberapa siswa baru tidak sempat hadir di titik kumpul yang sudah dijadwalkan, Nur Janni berinisiatif mengunjungi rmah siswanya. Salah satunya adalah Ahmad Dihyah Alfian di Jalan Kopi Tanete. di rumah orangtua Dihyah juga terdapat  sebuah rumah baca, Pustaka RumPut.

Bagi bocah lima tahun yang akrab disapa Dihyah ini, hari ini merupakan kelasnya yang perdana. Dihyah sangat antusias mengikuti materi perdana yang disuguhkan "cikgu" (guru.red), meminjam istilah Dihyah untuk menyebut gurunya. Ibu guru memberikan materi belajar berdo'a, bernyanyi, berhitung, sampai melakukan pendekatan secara psikologis.

Meskipun Belajar dari Rumah (BDR)  namun para guru TK Pertiwi dan siswa-siswinya tetap mematuhi protokol kesehatan covid-19. Mereka menerapkan physical distancing, memakai masker, dan mencuci tangan dengan handsanitizer.(*)

Editor: Nurfathana S.



Ada Siswa Nampak Bosan dan Bertingkah Aneh Dalam Kelas? Simak Jurus Gadis Bulukumba Ini

Posted By Redaksi on Selasa, 21 Juli 2020 | Juli 21, 2020

SastraKecil.Space, Bulukumba - Kadang ada siswa terlihat boring dan bertingkah aneh di dalam ruang kelas. Salah satu penyebab paling lazim yakni disebabkan metode belajar yang mereka terima selama ini sangat monoton. 


Kasmayani, relawan kelas belajar gratis "Pendidikan Nol Rupiah" Gema Pandemi Desa Balong di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sejauh ini berhasil mengaplikasikan beberapa metode belajar kepada anak-anak.

"Setiap hari ada saja yang berbeda, belajar secara indoor maupun outdoor." Terang Kasma, sapaan akrabnya, salah seorang relawan Gerakan Mengajar Pemuda Daerah Mengabdi (Gema Pandemi) Sektor Kecamatan Ujungloe, .

Hari ini penuh ceria di di kelas itu, Selasa 21 Juli 2020, Kasma mengajak anak-anak untuk belajar di luar ruangan. Bermain sambil belajar. Senyuman indah bermekaran di bibir kecil mereka. Wajah-wajah polos itu sumringah. Ekspresi mereka memberitahu bahwa mereka sedang bersemangat dan itu menggebu-gebu.

"Alhamdulillah.Itulah yang membuat hati menjadi bahagia ketika melihat mereka bisa tertawa lepas." Kata Kasma sembari tersenyum.

Kasma yang memiliki nama lengkap Kasmayani Anwar, S.Pd, M.Pd., ini menuturkan, bagi anak-anak itu mungkin hanya sebuah permainan namun dari semua permainan itu terdapat ilmu yang bisa mereka dapatkan. Semisal mereka dilatih untuk mampu bekerjasama dengan teman dalam kelompoknya. 

"Tertawa lepaslah nak karena inilah masamu untuk bermain.  Kelak jika dewasa itulah yang akan kalian ceritakan kepada teman-teman kalian bahwa hidup kalian indah sewaktu kecil. Karena dihabiskan dengan bermain dan bercanda dengan teman-teman masa kecil kalian. Begitu ucapan saya kepada mereka." Cerita Kasma. 

Kasma menuturkan, setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak akan dilalui tanpa ada yang terlewatkan. Sehingga kelak jika dewasa mereka akan terbentuk menjadi anak yang mandiri dan bijaksana.

"Insya Allah, itu harapan yang saya panjatkan untuk mereka setiap kali menatap mereka belajar dan bermain, dan berdoa semoga setiap hal yang kita lakukan berbuah ibadah dan bermanfaat baik bagi hidup mereka nanti. Sebahagian orang berkata, mengajar anak-anak kecil itu tak mudah dan butuh kesabaran yang luar biasa. Tapi bagiku, itu akan terasa susah kalau kita menganggapnya susah. Mereka tidak nakal. Mereka tidak cerewet. Itulah masanya mereka. Jangan dihentikan ataupun digertak. Masanya dia, kecuali anak sudah berumur 17 tahun ke atas dan masih saja bermain dan berlari-lari maka itu yang perlu ditegur." Urai gadis alumnus S2 dari UNM Makassar ini.

"Kataku setiap hari kepada mereka, semoga bisa menjadi generasi penerus yang jauh lebih hebat lagi, nak..Jika kemauan ada maka apapun yang diinginkan akan terwujud. Teruslah belajar nak.Hari ini mungkin hanya dua kata yang mampu kalian katakan.  Besok menjadi empat kata.  Hari selanjutnya akan menjadi satu kalimat dan bulan depan akan menjadi satu paragraf. Begitupun selanjutnya. Akan bertambah,  lagi, dan lagi.  Meski kita terlahir dari suatu desa yang jauh dari perkotaan tapi punya nyali dan kemauan yang tinggi sehingga punya daya saing untuk berlomba di luar sana." Kasma bercerita, tetap dengan wajah cerah.

"Kami anak Kampung Kalicompeng, siap menjadi yang terbaik dan mendapatkan juara.  Bismillah. Itu yg harus diajarkan kepada mereka. Kelak jika dewasa harus menjadi kebanggaan kampung halamannya sendiri." Tandasnya.(*).

Editor: Alfian Nawawi


Rumah Kita dari Sujud yang Tergadai di Penghujung Senja

Posted By Alfian Nawawi on Minggu, 19 Juli 2020 | Juli 19, 2020

Rumah adalah kepingan surga yang menjelma di bumi. Ruang yang teduh untuk hari-hari yang terik. Payung bagi pagi sore yang berhujan. Selimut pada malam yang mengelam.
Suatu titik di Sulawesi Tengah tepatnya Kabupaten Toli-Toli. Sepotong wilayahnya yang dikenal dengan sebutan Dampal berdiri sebuah kubu literasi. Riani nama pena yang muncul dari  Garis Karsa merengkuh para penulis pemula di Rumah Kita. Rumah Kita lahir diantara laut dan Gunung Toli-Toli.
Komunitas ini sengaja diperuntukkan bagi penulis pemula di daerah Dampal. Beberapa anggotanya sudah berbekal novel, antologi dan buku-buku bermutu lainnya untuk berbagi ilmu. Mereka berkumpul untuk memajukan literasi, untuk memberi nafas pada tulisan-tulisan generasi. 
Keabadian hanya dimiliki oleh tulisan-tulisan yang dibaca, sementara tulisan yang ditinggalkan tetap musnah bahkan hilang jejak. Begitu yang terakhir terdengar dari gadis penulis buku Sujud Yang Tergadai, gadis yang terjebak di Aksara Senja dan katanya pernah menyelam di dalam About Love.(*)
Penulis: Nurfathana S.

Hujan Air Mata di Bulan Juli buat Sapardi Djoko Damono

Lekat dengan puisi Hujan Bulan Juni yang melegenda itu. Namun hujan air mata terkhusus dari jagad sastra tanah air mengiringi kepulangannya di bulan Juli. Sastrawan kebanggaan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di Ahad pagi (19/7/2020).

Ia menghembuskan nafas terakhir di RS EKA BSD, Tangerang Selatan sekira pukul 09.17 WIB. Namun nafasnya berupa puisi, ilmu, karya-karya, dan nama tetap akan berhembus panjang ke berbagai generasi.

Sapardi lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Ia dikenal dengan berbagai karya sastranya seperti Hujan Bulan Juni, Perahu Kertas hingga Aku Ingin.

Di salah satu channel Youtube saya yang sudah jarang update, saya pernah membacakan puisi beliau Hujan Bulan Juni pada video di bawah ini. Barangkali ini juga isyarat bahwa saya harus sesekali mengupdate channel tersebut.(*)



What do I Want To Be?

Every child has his own dream, if asked, "what is your dream, boy?" Simultaneously the answer is different. But it must be explained to them that there are many professions or occupations. Most children only aspire to become police officers, soldiers and teachers. Although there are still many other professions out there that they don't know about. Because what they see in their daily lives is what they want.

Today I give them a little understanding by asking what their hobbies or talents are like. One of them answered. His name is Raihan Al Zahra. "I love to draw and at home there are many of my drawings." She said.

Since long ago, indeed I often saw the results of this child's drawing, he not only drew houses but every place or object he saw and the results were good.

I asked again, "So do you like to draw, son?" He replied, "Yes, I really like it, if I draw I'm very happy."

I said, "It needs to be improved later. Sharpen your talents and interests. Hopefully someday you can become a successful person. And there is a profession called an architect. People who are good at drawing and can get a lot of money from drawingDia terlihat bingung dan pasti bertanya-tanya,  apa itu arsitek karena baru dia dengarkan.

He looked confused and must have wondered what an architect was because he had only just heard this type of profession.

That is why we must introduce to them that there are many professions or jobs out there. Must work according to our talents and interests too.

That is Kasma's experience today. He is a mentor of Free Learning Classes in Balong Village, Ujungloe Sector, Regional Youth Teaching Services Movement or Gerakan Mengajar Pemuda Daerah Mengabdi (Gema Pandemi).(*)



Teachers at Kindang Visit Student's Home to Teach

Posted By Alfian Nawawi on Kamis, 16 Juli 2020 | Juli 16, 2020

During the pandemic, active study at home continued in various regions of the country. Some of them can still follow the learning process with guidance and direction from the classroom teacher through virtual media applications. But of course not all Indonesian children can access the internet. One of them, like in Orogading Village, Kindang District, Bulukumba Regency, South Sulawesi, Republik Indonesia.  Internet signals that have not been stable or arise sinking become obstacles in the learning activities of students.

Teachers in Orogading Village took the initiative to visit students' homes. Usually there are three or four children who are neighbors. they gather in front of the house or terrace of one of the students. This is done so that students can continue to carry out learning as usual. Although learning is not as usual. They can't attend school yet.

Bhabinkamtibmas Orogading Village, Bripka Achmad Syarifuddin M., on Thursday (07/16/2020) saw activities like this and joined in accompanying the teacher and her students to study.

"I applaud the study of this model. The initiative of SD 57 Orogading teachers makes teaching and learning activities still enjoyable for students. Enthusiastic learning is still implementing health protocols," said Bripka Achmad Syarifuddin.(*)


 
Support : Creating Website | LiterasiToday | sastrakecil.space
Copyright © 2011. Alfian Nawawi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by sastrakecil.space
Proudly powered by LiterasiToday