Satu pertanyaan besar, jika pada masa itu orang Arab telah sangat apresiatif terhadap sastra maupun ilmu tata bahasa, apakah mungkin seorang nabi besar Muhammad, SAW yang di lahirkan di tengah mereka adalah seorang ummi atau buta huruf?
Di kalangan ummat Islam “ummi” artinya buta huruf, tuna aksara, tidak tahu membaca dan menulis. Benarkah anggapan ini? Namun ternyata istilah ummiy (dengan plural ummiyyuun atau ummiyyiin) dalam Al-Qur’an sama sekali bukanlah bermakna seperti itu, karena umumnya ummat Islam merujuk dalam Al-Qur’an, Surat al-A`raf ayat 157, bahwa Rasulullah Muhammad SAW sebagai an-nabiyy al-ummiy (Nabi yang “Ummi”). Terlebih jika mengingat salah satu sifat yg dimiliki oleh Nabi dan Rasul adalah Fathonah, yg artinya Cerdas/Pandai. Dengan demikian, seorang Nabi dan Rasul tidaklah mungkin Jahlun (Bodoh).
Sebelum datangnya Islam masyarakat Arab telah mengenal sastra tulisan natsar (prosa) dan sya`ir (puisi). Setiap tahun Kaum Quraisy menyelenggarakan festival (pekan raya) di Ukazh. Di sana diperlombakan pembacaan prosa dan puisi, lalu naskah yang dipandang bagus mendapat kehormatan untuk ditempelkan di dinding Ka`bah. Fakta sejarah ini membuktikan bahwa masyarakat Arab zaman itu, termasuk suku Quraisy, mahir membaca dan menulis, sehingga istilah ummiyyuun bukanlah berarti “masyarakat buta huruf”.
Kaum Yahudi semasa Rasulullah SAW sering merendahkan orang-orang Arab yang mereka anggap tidak mempunyai Kitab. Ejekan orang Yahudi itu dijelaskan dalam QS Ali Imran ayat 75: “Tiada yang patut disalahkan bagi kami atas kaum ummiyyiin”. Maka Allah SWT menyindir bahwa di kalangan Yahudi sendiri banyak juga yang ummiy, tidak memahami Taurat, sebagaimana tercantum dalam Surat al-Baqarah ayat 78: “Dan sebagian mereka ummiyyuun, tidak mengetahui Kitab.”
Istilah an-nabiyy al-ummiy pada Surat al-A`raf ayat 157 berhubungan dengan kaum Ahlul-Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang memeluk agama Islam. Kalimatnya tertulis begini: “Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang Ummi, yang mereka dapati tertulis di sisi mereka dalam Taurat dan Injil”. Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa meskipun Muhammad SAW itu Nabi yang Ummi, artinya berasal dari kaum ummiyyuun, kaum Ahlul-Kitab seharusnya memeluk agama Islam, sebab kedatangan Nabi Muhammad SAW sudah diberitakan dalam Kitab Taurat dan Injil.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang bisnisman sukses di masa muda beliau sebelum menjadi Rasul. Keberhasilan beliau dalam melakukan transaksi niaga merupakan indikasi logis bahwa beliau mampu membaca dan menulis, sehingga istilah an-nabiyy al-ummiy dalam Al-Qur’an bukanlah berarti “nabi yang buta huruf”.
Kisah turunnya wahyu yang pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW memberikan isyarat bahwa beliau mampu membaca. Malaikat Jibril berkata,"Iqra (bacalah)." Ketika itu Rasulullah SAW bertafakur menyendiri di Gua Hira.